Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

Membentuk Habits Baik antara Kemauan dan Kemampuan : Review Buku How To Master Your Habits

Gambar
Saya percaya tidak ada yang “kebetulan” terjadi dalam hidup kita. Setiap hal sekecil apapun sudah diatur oleh Allah yang Maha Mengatur. Saat saya sedang butuh latihan untuk membentuk kebiasaan baru yang baik untuk diri saya sendiri dan anak-anak, Allah mempertemukan saya dengan sebuah buku yang berjudul “How to master your Habits” karya Ustadz Felix Y. Siauw. Buku yang saya temukan saat “mengobrak-abrik” koleksi teman yang akan pindahan. Saya mendapatkan banyak pembelajaran yang penting dalam membentuk habits baru dari buku ini. Apa itu Habits Habits adalah segala sesuatu yang kita lakukan otomatis dan seringkali kita melakukannya tanpa berpikir. Habits itu suatu aktivitas yang dilakukan terus-menerus sehingga menjadi bagian dari diri kita. Habits itu ibarat autopilot  yang mengendalikan diri kita ,menentukan bagaimana kita merespon terhadap suatu kondisi tertentu. Simplenya diri kita itu adalah gabungan dari beberapa habits, baik yang baik maupun buruk. Habits

Berikan Anak-Anak Contoh Nyata Bukan Sekedar Kata-Kata

Gambar
“Mama darah itu air ya Ma?” “Kenapa darah warnanya merah Mama?” “Oo...Cairan itu yang bikin kita hidup ya Mama?” “Kenapa darahnya bisa keluar Mama?” Pertanyaan - pertanyaan itu muncul sesaat setelah jari Raisa terluka karena bermain kerotan pensil. Lalu dia meminta Mama mengoleskan lidah buaya ke lukanya karena sebelumnya Raisa juga melihat Mama mengoleskan lidah buaya saat jari mama terluka terkena kulit salak. Jadi beberapa hari sebelumnya, saat mengupas salak jari saya terluka terkena kulit salak. Lalu saya ingat bahwa seringkali anak-anak tidak mau diberi obat saat terluka, bahkan hanya sekedar dibersihkan pun mereka tidak mau. Akhirnya saya punya ide untuk memanfaatkan situasi terlukanya jari saya untuk memberikan pemahaman ke anak-anak bahwa luka akan lebih cepat sembuh jika diobati salah satunya dengan lidah buaya. Segera saja saya ambil lidah buaya didepan rumah. Lalu saya panggil anak-anak untuk mendekat. Saya perlihatkan jari saya yang terluka dan berdarah kepa

Fokus Pada Diri Sendiri

Gambar
Salah satu dampak berpikir negatif adalah membanding-bandingkan, baik menbandingkan diri sendiri saat zaman old dengan diri sendiri zaman now atau membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Dan dua-duanya saya lakukan akhir-akhir ini, sukses membuat diri galau, merana, merasa tak berguna, dan merasa gagal. Saya yang dulu bisa melakukan banyak hal yang saya suka dengan tanpa batas waktu, sekarang harus berbagi waktu dengan banyak hal mulai dari urusan rumah, suami dan anak-anak. Tak urung target yang saya canangkan hanya menjadi pajangan saja di atas wastafel, hanya dua tiga to do list yang bisa dilakukan sehari. Dan ini membuat saya merasa gagal. Pikiran negatif menghinggapi laksana bisul yang siap meletus. Walhasil pikiran negatif menjadikan semangat saya untuk berkarya kian menurun, terlebih setelah membandingkan diri dengan orang lain. Saat melihat di medsos bertebaranlah orang-orang yang sukses menebar manfaat untuk sesamanya, yang gigih menelurkan karya. Melihat se

Kelekatan, Pondasi Utama Membangun Bangsa

Gambar
Kita semua pasti tahu bahwa Jepang terkenal sebagai negeri yang disiplin, aman dan nyaman. Negara maju yang memiliki fasilitas-fasilitas super canggih namun tak membuat rakyatnya lupa diri untuk menghargai orang lain dan lingkungannya.  Tentu ini semua bukan tanpa sebab. Pernahkan anda mendengar tentang Kyoiku Mama?. Kyoiku Mama yang berarti Ibu Pendidikan adalah para ibu di Jepang yang mendidik dan mengasuh anak-anak mereka sendiri. Mereka mengajarkan disiplin, pengorbanan, kerjasama, dan kesederhanaan di rumah. Peran sebagai ibu menjadi kebanggaan para wanita Jepang. Selain itu negara juga memberikan penghargaan yang cukup tinggi bagi para wanita yang memilih berperan sebagai Kyoiku Mama . Lalu adakah kaitannya semua itu dengan kedisplinan, keamanan dan kenyamanan negara jepang? Ratna Megawangi dalam bukunya “Kelekatan ibu-anak kunci membangun bangsa", menjelaskan panjang lebar tentang kaitan maju mundurnya sebuah bangsa dengan kelekatan ibu-anak. Dimulai denga