Mimpi Mengubah Dunia?



Setiap orang memiliki cerita dan jalan hidupnya masing-masing. Saya pernah berpikir bahwa hidup ini kita yang tentukan, mau jadi apa, mau seperti apa,mau melakukan apa. Namun, seiring waktu saya menyadari bahwa bukan diri saya yang berhak menentukan dan yang tahu apa yang terbaik tetapi sesungguhnya hanya Allah Sang Penciptalah yang berhak menentukan dan paling tahu yang terbaik untuk diri kita. Jalan hidup kita semua sudah diatur oleh Allah, tugas saya sebagai manusia adalah menjalankannya dengan baik, bahwa hidup saya ini dan apapun yang saya lakukan semata-mata karena ibadah kepada Allah. Belajar terus untuk ridho dengan segala kehendak Allah atas hidup kita. Apa yang menurut kita baik belum tentu menurut Allah baik, begitupun sebaliknya, apa yang menurut kita buruk belum tentu buruk menurut Allah.

Pernah muda dan punya mimpi mengubah dunia lalu berusaha mewujudkannya. Mencoba mewujudkan eksistensi diri dengan segenap kemampuan yang ada. Mimpi itu masih tergenggam erat dan tertanam kuat dalam benak dan sanubari terdalam tatkala harus mengakhiri kesendirian dan keegoisan diri, memenuhi perintah Allah menikah. Dan bahkan semangat untuk mengabdi dan melakukan yang terbaik sesuai passionku kubawa dari semarang ke kudus. Semangat itu begitu menggebu-gebu setiap saat, setiap waktu, setiap detik memenuhi pikiranku, meskipun tidak tahu bagaimana cara mewujudkannya. Saat itu yang aku tahu dengan menjadi bermanfaat bagi lingkungan melalui dunia anak2 adalah satu-satunya cara menunjukkan cintaku kepada-Nya.

Pernah menjadi orang yang merasa dibutuhkan oranglain lalu tiba2 merasa sendiri itu sangat menyakitkan. Namun, yang lebih menyakitkan adalah menjadi bukan apa2, merasa tidak bermanfaat, tidak punya kontribusi apapun di dunia ini. Setiap hari melakoni rutinitas yang sama,  menjemur baju, belanja,  memasak, membersihkan rumah, bermain bersama anak-anak. Sepertinya tidak ada hal penting yang kulakukan tiap hari.  Lalu percuma dong Allah memciptakanku, untuk apa? Pertanyaan itu yang selalu menghantui, membuat galau dan merasa sedih setiap hari.

Sebenarnya tidak ada yang menghalangi saya bekerja atau berkarya atau apapun sebutannya. Suami sebagai pemberi izin utama, membebaskan saya melakukan apapun yang disuka. Saya yang membatasi diri sendiri. Bagi saya, kalau mau keluar rumah, saya harus melakukan hal yang luar biasa, sesuatu yang berharga untuk dipertanggungjawabkan kepada Sang Pencipta.

Saya menangis hampir setiap hari, karena merasa selalu bosan dan tidak ada manfaatnya. Usaha menjadi istri dan ibu yang baik tidak maksimal. Saya merasa pekerjaan rumah tangga bukan hal yang penting dan berharga. Bukan sesuatu yang istimewa untuk merubah dunia. Bahkan saat menemani anak bermainpun, pikiran melayang-layang mengembara mencari dunianya sendiri.

Sampai suatu hari, saat membaca Al Quran, saya menemukan sebuah ayat yang bunyinya seperti ini "Ya Allah, berikanlah aku petunjukMu untuk dapat melakukan kebajikan yang Engkau ridhoi". Saya merasa senang sekali, Saya merasa ayat itu sesuai dengan kondisi saya selama ini. Menjadi bermanfaat itu yang  saya mau. Dan hanya Allah yang dapat memberi petunjuk kebajikan seperti apa yang Allah ridhoi. Mimpi saya yang berkaitan dengan passion didunia anak-anak belum tentu menjadi kebajikan yang diridhoi Allah, meskipun secara kasat mata itu adalah hal yang baik. Setiap hari saya berdoa dengan mengutip ayat tersebut, dan Allah mulai memberiku petunjuknya kepadaku. Tadinya semua tampak gelap, mimpiku hanya berupa angan-angan kosong melompong, tidak tahu harus memulai dari mana. Tampak mustahil untuk diwujudkan dengan kondisi  yang sekarang.

Allah begitu sayang kepadaku, jawaban itu mulai dimunculkan, dengan diberikannya pertanyaan "untuk apa aku diciptakan?", "peran spesial apa yang Allah peruntukkan untukku?". Sampai saya menemukan jawaban, bahwa peran sebagai ibu adalah yang utama. Mengasuh dan mendidik anak adalah tugas maha suci yang diamanahkan Allah kepada saya, di detik pertama saya menjadi ibu. Ini bukan pekerjaan remeh temeh, bukan tugas remahan tapi tugas penting yang tidak bisa dialihkan. Mengurus rumah dan anak-anak adalah bagian dari ibadah. Mungkin tidak banyak orang yang bisa merasakan manfaatnya. Namun, saat saya sebagai ibu mampu mendidik dan mengasuh anak saya dengan baik, maka insyaallah mereka akan menjadi anak-anak yang rahmatan lil alamin yang bisa menjalankan peranya dengan baik. Aamiin.
Tentu saya juga harus berpikir luas, bahwa selain peran sebagai ibu, saya juga memiliki peran khusus yang lain. Semoga Allah selalu memberi petunjuk kebajikan apa yang bisa saya lakukan yang bisa bermanfaat untuk orang lain. Aamiin.

Saat ini yang bisa saya lakukan untuk mengubah dunia adalah dengan mengubah diri saya sendiri dulu menjadi lebih baik setiap hari. Kata Dik doank, "Kalau kamu tidak bisa menanam satu pohon setidaknya tanamlah satu kebaikan dalan dirimu".
Kudus, 17 Juni 2018

#Day
#Odopfor99days2018
#Refleksidiri

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginan vs Kebutuhan

Sudahkah Memeluk Anak Hari Ini?

Belajar Berhitung 1 -5