DUKA YANG MENYATUKAN

Beberapa waktu lalu saya menonton film "Little House on The Praire". Dalam episode kali itu, diceritakan tentang seorang nenek yang sangat kangen dengan anak-anak dan cucu-cucunya. Saat itu, dia sedang sakit dan merasa sendirian. Dalam kesendiriannya dia berpikir, mungkin anak dan cucunya akan pulang jika dia sudah meninggal. Anak dan cucunya sudah lama tidak pulang bahkan saat natal sekali pun. Hanya surat yang dikirimkan, mengabarkan bahwa mereka baik-baik saja.

Nenek yang sudah dirundung rindu ini pun punya ide. Dia meminta tolong kepada pak dokter dan pa (ayah laura). Meminta mereka mengabarkan kematian palsunya kepada anak da cucunya. Berharap mereka mau pulang dan menghadiri pemakamannya. Ibu yang rindu ini hanya ingin melihat anak dan cucunya. Tentu saja awalnya pak dokter dan pa menolak ide ini. Namun, sang nenek berhasil meyakinkan mereka. Upacara penghormatan terakhir pun di adakan. Para tetangga diundang. Peti mati kosong diletakkan di ruang tamu.

Tak berapa lama, anak-anak sang nenek pulang. Mereka menangis di depan peti mati. Mengingat kenangan bersama sang ibu. Sedangkan sang ibu yang melihat dari balik kerudung yang menutup mukanya pun menangis. Tak kuat menahan kesedihan dan kerinduan, dia pun membuka kerudungnya. Seluruh ruangan kaget sekaligus senang ternyata sang nenek masih hidup. "Haruskah aku meninggal dulu, baru kalian pulang?", tanya sang nenek sambil terisak.
Suasana haru itu pun berubah menjadi pesta, merayakan kebersamaan yang masih bisa dinikmati.

Dan, beberapa hari yang lalu. Kejadian hampir serupa saya alami. Bedanya kali ini nenek benar-benar telah meninggal. Hampir Seluruh keluarga berkumpul. Kami, para cucu yang jarang sekali bertemu bahkan saat hari raya sekalipun. Bapak dan Bulek-bulek yang merupakan anak nenek juga ada di sana. Malam itu kami berkumpul dalam suasana duka.

Para cucu Mbah Amah

Para Buyut Mbah Amah

Dibalik rasa duka yang menyelimuti hati, terselip rasa syukur. Kami, yang jarang sekali berkumpul seperti ini akhirnya bisa bersama. Acara reuni dan kumpul saat hari raya hanya sebuah wacana dan angan-angan. Karena, masing-masing keluarga memiliki urusan. Dan, hari itu kami berkumpul. Dalam kesedihan mengenang dan mendoakan nenek tercinta kami. Ironis sekali, kami disatukan dalam suasana duka.

Namun, tak bisa dipungkiri. Seringkali suasana duka memang lebih ampuh mengumpulkan sanak saudara dibandingkan suasana biasa atau saat senang. Saat suasana biasa atau saat senang, seringkali kita berpikir "Ah nanti atau kapan-kapan juga bisa ketemu. Hari ini masih ada urusan yang jauh lebih penting".

Berbeda dengan suasana duka atau kematian. Inilah saat terakhir kita bertemu atau setidaknya mendoakan secara langsung. Meskipun hanya melihat jasadnya. Saya yakin nenek akan jauh lebih bahagia saat anak-anak dan cucu-cucunya berkumpul ketika beliau masih sehat. Merajut kebersamaan sebagai keluarga yang saling menyayangi.

Dua kejadian di atas menyadarkan saya bahwa, kebersamaan bersama keluarga adalah hal yang penting dan prioritas. Hargai setiap kesempatan berkumpul bersama keluarga. Tidak harus menunggu waktu luang untuk bisa berkumpul, kapanpun Allah beri kesempatan gunakan sebaik-baiknya. Tidak harus menunggu duka untuk menyatukan bukan?
Kudus, 01 Maret 2019

Komentar

  1. Memang terkadang kedukaan bisa menyatukan sanak saudara yang sudah lama tidak berkumpul. Tapi apa ya harus menunggu kematian dulu ya T_T

    Cuman kadang, aku merasa sendiri. Saat sedang bahagia dan sedang berkumpul, itu malah pada saling sibuk sendiri-sendiri. >.<

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar Mbak, musuh kebersamaan tuh sekarang HP. sebisa mungkin HP di tas aja pas ngumpul, ini kutekankan banget sama anak-anak, biar mereka mau nggak mau main sama sudara-saudara.

      Hapus
  2. Apalagi kl rumahnya berjauhan ya mbak. Harus pinter memanfaatkan waktu biar berkualitas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya Mbak, memanfaatkan moment banget kalau pas ketemu, eman eman soalnya jarang bisa ngumpul

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginan vs Kebutuhan

Sudahkah Memeluk Anak Hari Ini?

Belajar Berhitung 1 -5