Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Anak yang "nakal" atau orangtua yang belum bisa mengendalikan diri?

Gambar
Mencoba mendiskripsikan "kenakalan" anak-anak yang membuat saya jengkel, sedih, kecewa bahkan marah Saat anak meminta ini itu... Apakah anak sengaja ingin membuat saya marah atau karena saya yang terlalu asyik dengan diri sendiri ? Saat anak mengganggu adik... Apakah anak sengaja ingin membuat saya marah atau karena saya sedang mengabaikannya? Saat anak membuat ruangan berantakan dengan mainannya... Apakah anak sengaja ingin membuat saya marah atau karena saya malas merapikannya kembali ? Saat anak tidak mau makan... Apakah anak sengaja ingin membuat saya marah atau karena saya yang malas membuat menu makan yang beragam agar anak tidak bosan? Saat anak  menumpahkan air saat minum dan makanan berhamburan saat makan... Apakah anak sengaja ingin membuat saya marah atau karena saya yang kurang sabar membersamainya berproses dalam belajar? Saat anak bertanya tiada henti... Apakah anak sengaja ingin membuat saya marah atau karena saya yang malas berpikir menemu

Belajar fokus saat bersama anak

Gambar
Cucian piring dan teman2nya melambai lambai minta dimandikan Fokus...fokus...fokus... Ini saatnya membersamai anak bermain Teman2 di WA dan FB di dunia online memanggil2 meminta pesan dan statusnya dibaca... Fokus...fokus...fokus... Ada dua bocah cantik di dunia nyata memanggil-manggil minta dibacakan buku Tumpukan buku dipojok meja meraung2 minta perhatian... Fokus...fokus...fokus... Ini saatnya menyusui si kecil menil yang menggemaskan Ide2 menulis menari2 di kepala...fokus...fokus...fokus... ini saatnya menemani duo R makan Saya sedang belajar fokus...dan itu yang selalu saya katakan pada diri saya sendiri, fokus...fokus...fokus....ini saatnya... Buat saya, belajar fokus ini masih menjadi PR besar.  Perhatian saya mudah sekali terpecah. Bahkan untuk sholat yang harus khusyu' pun saya masih belum mampu. Sholat dengan sepenuhnya menghadapkan diri pada Allah, memaknai setiap bacaan dalam sholat yang notabene adalah doa, sampai saat ini saya masih belum mampu.

Apa yang menghambatmu menulis ?

Gambar
Harus kuakui bahwa menulis itu ternyata sangat menyenangkan. Ada rasa bahagia dan lega setelah menulis. Setiap kali menulis entah curhatan ataupun praktek parenting yang telah kujalankan rasanya senang sekali. Pikiranku seringkali dipenuhi dengan lintasan ide2 menulis, saat menemani anak bermain, saat menjelang tidur atau bangun tidur, saat di kamar mandi bahkan saat mencuci piring. Lintasan2 ide itu menyeruak, menjejali pikiranku dan minta dikeluarkan dan dituangkan dalam bentuk tulisan. Sayangnya, lintasan2 ide itu seringkali berakhir hanya dengan judulnya saja, karena kadang aku terlalu banyak berpikir sebelum menulis. Padahal ada nasihat yang sangat bijak, "kalau mau mahir menulis ya menulis saja, tidak usah terlalu banyak berpikir dan mengkoreksi". Mungkin inilah salah satu kelemahan yang harus aku perbaiki dalam menulis yaitu terlalu banyak berpikir dan mengkoreksi dalam menulis. Hambatan lain yang membuatku lambat dalam menulis adalah seringnya aku berpikir u

Aliran Rasa gaya belajar anak

Mengamati gaya belajar Raisa (3y7m) selama 10 hari membuat saya tersadar bahwa ternyata selama ini kebanyakan gaya belajar yang dipakai Raisa adalah kinestetik yaitu belajar dengan melakukan kegiatan. Pantas saja selama ini jika saya beri materi yang memintanya diam agak lama Raisa terlihat bosan. Meskipun saya yakin dalam belajar Raisa tetap menggunakan ketiga gaya belajar, namun tetap ada yang lebih dominan. Mendapatkan materi tentang gaya belajar membuat saya mengenal Raisa lebih baik, kebiasaan, dan kesukaannya termasuk cara dia belajar. Sekarang saya tidak hanya menemaninya bermain namun sekaligus memgamati gaya belajarnya, menerima Raisa apa adanya dengan gaya belajar yang dominan ada padanya. Kudus, 13 Mei 2017 #aliranrasamateri4

Mau jadi ibu?

Gambar
Cobalah tanya kepada anak2, mau jadi apa nanti setelah dewasa. Sebagaian dari mereka ada yang menjawab menjadi dokter, menjadi guru, presiden, dll....kalau anakku sendiri jawabnya jadi anak shalihah, he..he... Pun diriku...saat ditanya pingin jadi apa...aku pingin jadi psikolog ( ini pas SMA) dan alhamdulilah keturutan kuliah psikologi meskipun saat ini belum jadi psikolog, he..he.. Tak pernah terpikir dalam benakku, sejak kecil, saat remaja, saat menjelang dewasa, saat sudah dewasa sekalipun ( ini kalo dilihat dari usia ya), bahwa profesi utamaku suatu saat nanti adalah menjadi ibu. Menjadi ibu....ya...menjadi ibu... Menjadi seorang ibu seolah menjadi sebuah keniscayaan, ketika menikah lalu dikarunai anak, secara otomatis kita dipangggil ibu...tak perlulah sekolah ini itu, menikah, dikaruniai anak maka kau akan menyandang gelar sebagai "ibu". Coba bandingkan, jika ingin jadi dokter, guru, perawat, psikolog, pengacara atau profesi yang lain maka ada tahapan atau jenja

Ibu belajar dari Anak, Anak belajar dari Ibu

Gambar
Suatu pagi... Ada anak diantar ibunya ke sebuah TPA. Bajunya lusuh belum disetrika, rambutnya basah awut2n belum disisir. Reaksi ku dulu... Duh kasihan banget si anak ini, kayak nggak keurus, tega2 nya si ibunya pakaikan baju belum disetrika plus rambutnya gak disisir pula, ck...ck... Reaksi ku sekarang... Gak papa juga sih...mungkin anaknya maunya pakai baju itu yang belum sempat disetrika, kadang kan ada juga anak yang fanatik  sama satu baju maunya dipakai terus. Istilahnya cukerpak (cuci kering pakai). Dan soal rambut yang belum disisir, gak papa juga, ada anak yang maunya sisirin rambut sendiri, tentu tak serapi kita orang dewasa kan. It's ok... Suatu ketika...disebuah warung Seorang anak menangis karena minta sesuatu kepada ibunya. Ibunya tidak mengijin sajakan dan semakin menangislah si anak. Si ibu mencubit anaknya memintanya untuk diam. Anak semakin menjadi tangisannya disertai batuk2 dan akhirnya muntah. Ibu semakin marah dan membawa anaknya pulang. Reaksi

My lovely cousins

Gambar
Salah satu kenangan manisku adalah bersama mereka, saudara2 sepupuku. Dulu, perjuangan banget bisa ngumpul sama mereka. Kita ngumpul setidaknya satu tahun sekali pas lebaran. Kenapa perjuangan banget? Untukku yang pemabuk (mabuk darat maksudnya, he..he..), naik bis itu traumatik banget, bayangin bis nya aza udah berasa mual perut ini. Jangankan jember yang harus melewati gunung mrawan yang berkelok2, ke kalibaru yang jalannya lempeng aza pasti mabuk. Namun, itu tak mengurangi antusiasmeku sebagai anak2 untuk berkumpul dengan saudara2 sepupuku. Sebagai anak tunggal, ngumpul rame2 sesama sebaya itu sangat menyenangkan. Ibu ku juga tak kalah heboh, setiap lebaran beliau selalu membuat madu mongso untuk dibagi2 dengan kakak dan adiknya. Tak lupa beliau juga membuat tape ketan kesukaan pakde terutama airnya (badek tape). Waktu itu saya selalu "ngrundel", karena tiap kali membuat madu mongso seisi rumah pasti penuh bau asap, and i'dont like it (hiks..hiks..). Ternyata hal

Mama...aku mau sekolah

Gambar
"Mama...besok aku mau sekolah dekat prambatan ya" "Oke, berangkat sama ayah ya, sekalian ayah kerja" "Oke mama" Tak lama kemudian... "Gak jadi ma...besok aku mau sekolah dekat sini aja" "Oke...besok kita cari sekolahnya ya" "Ya.. mama" Tak lama kemudian... "Mama...aku mau sekolah dirumah aja ya...sama mama sama titi, nanti teman2nya ditelpon suruh kesini" "Oke sayang" Dan sejak saat itu, setiap kali ditanya orang, "Raisa sudah sekolah?" Dia akan menjawab:"sudah". "Sekolah dimana?" Dengan mantap dia akan menjawab :"dirumah sama mama". Saat ini, ini adalah pilihan yang terbaik untuk Raisa (3y), yaitu bermain di rumah bersama saya. Raisa memang sempat mencicipi bangku sekolah playgroup selama kurang lebih 2 bulan (itupun lebih banyak absennya). Hal ini terjadi sesaat setelah adiknya lahir. Saya merasa kasihan melihatnya bermain sendiri atau lebih banyak

Sepeda lama rasa baru

Gambar
Suatu hari... "Mama, aku mau dibelikan sepeda kaya punya Hasna, bagus ma". "InsyaAllah, kita nabung dulu ya ca". Di lain hari... "Mama aku mau dibeliin sepeda warna pink, itu lho ma di toko yang deket rumah prambatan!". "InsyaAllah, kita nabung dulu ya ca". Suatu sore... Setelah bermain dengan Raisa, Ayah berbincang dengan saya :"bun, sepedane Raisa parah ternyata, roda nya pecah2", besok aku belikan roda baru". "Oh ya, yah...kenapa nggak beliin sepeda baru sekalian, kan kasihan yah sudah lama Raisa pingin sepeda baru".(rayuan mama yang sering dicurhatin anaknya yang pingin sepeda baru plus sepeda Raisa saat ini adalah sepeda second bukan sepeda baru inyir2 dari toko he..he..) Daann Ayah hanya diam saja. Beberapa hari kemudian... Ayah pulang dari kerja dengan menenteng 2 roda baru untuk sepeda Raisa. Raisa dengan girang menyambut Ayahnya. "Hore...Ayah beliin aku roda baru, ayo yah dipasang",