Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Nature Walk, Cara Asyik Belajar

Gambar
“Yuk...Jalan-jalan ke rumah Titi, tapi jalan kaki aja lewat sawah”, ajak Ayah pagi-pagi. Saya langsung mengiyakan karena rasanya lama sekali kami tidak nature walk , selama bulan puasa ini kegiatan bersepeda juga libur. Jadi saat saya sampaikan ide ini, anak-anak terlihat sangat antusias. Bahkan si bungsu yang baru berusia 2 tahun saat ditanya kakeknya hendak kemana dia menjawab mau ke sawah. Dengan penuh semangat setelah anak-anak mandi kami mulai berjalan-jalan. Sudah agak siang sebenarnya, tapi udara pagi masih terasa segar. Jalanan yang sudah mulai ramai, “memaksa” kami untuk menggendong anak-anak menyusuri jalan besar, si sulung tampak senang berada di gendongan Ayahnya, mungkin karena sudah lama dia tidak merasakan gendongan Ayahnya. Sebelum masuk ke area persawahan, kami mampir sebentar ke taman gondang manis bermain ayunan dan jungkat-jungkit, melihat kolam ikan yang ikannya tinggal 2 gelintir. Puas bermain-main kami lanjutkan perjalanan melewati jalan setapak ya

Belajar Menjadi Bijaksana

Alkisah seorang pemuda menemui seorang bijak.  Lalu dia berkata,“Pak, saya sudah memiliki banyak kemampuan dan ilmu tolong sekarang beritahu saya, apa yang harus saya pelajari yang belum saya ketahui?” Lalu Sang bijak menggambar sebuah lingkaran dan bertanya kepada si pemuda, “sadar?”. “Ya sadar”. Lalu dia menggambar lingkaran lagi dan bertanya, “sadar?”.  “Ya sadar”, jawab si pemuda. “Apa maksud anda Pak? saya sudah tahu anda menggambar lingkaran “. Sang bijak diam saja dan menggambar lingkaran lagi, “sadar?”. “Iya saya sadar!”, jawab si pemuda sambil marah-marah. “Sekarang mundurlah satu langkah!”. Dan si pemuda menuruti perkataan sang bijak untuk mundur satu langkah dan dia pun terperosok ke dalam lubang. “Apa yang telah anda lakukan?” “Apa maksud anda dengan menggambar lingkaran-lingkaran tersebut ? Apa artinya?” Sang bijak dengan tenang berkata. “Lingkaran pertama adalah kesadaran tentang pikiranmu”. “Lingkaran kedua adalah kesadaran tentang tantanganmu”. “Dan l

Limiting Belief dan Cara Mengubahnya

Gambar
Seringkali kita memberi label pada diri kita sendiri maupun orang lain untuk memberi “makna" atas diri kita atau orang lain. Dan sayangnya seringkali label yang kita sematkan adalah label yang bersifat negatif. Misalnya, anakku tu anak yang rewel, aku itu ibu yang pemarah, suamiku itu suami yang nggak perhatian, temenku itu pemalas, tetanggaku itu tukang gosip, adikku itu tukang tidur. Label-label negatif itulah yang disebut Limiting belief atau keyakinan yang tidak memberdayakan. Dalam bukunya Enlightening Parenting, Okina fitriani menyebutkan bahwa “meskipun keyakinan tersebut mampu ditahan untuk tidak dikeluarkan, tetapi keyakinan itu tersimpan dalam pikiran dan perasaan kita yang kemudian muncul dalam bentuk self talk sehingga menghasilkan respons khas yang langsung dari bawah sadar. Misalnya saat seseorang meyakini bahwa dia itu pemarah, dia akan merasa memang begitulah sifatnya dan tidak dapat diubah sehingga menjadi pembenaran bagi dirinya saat marah-marah kepada

Misi Hidup

Gambar
M emantaskan diri menjadi hamba yang disayang Allah, istri yang disayang suami dan ibu yang disayang anak-anak, sahabat yang bermanfaat dan disayang sesama. Kalimat di atas tadinya adalah deskripsi dari blog saya. Namun setelah saya evaluasi kok kayaknya terlalu panjang meskipun isinya sangat mewakili isi hati dan keinginan saya menjadi. Memantaskan diri menjadi hamba yang disayang Allah… Tidak ada yang lebih saya inginkan selain ini. Menjadi seorang hamba yang selalu disayang pencipta-Nya. Saya yakin hidup baik yang saya jalani sampai dengan saat ini adalah karena karunia dan kasih sayang Allah. Dilahirkan dari kedua orang tua yang penuh kasih sayang. Berada di lingkungan keluarga besar yang baik. Dipertemukan dengan teman-teman yang memiliki energi positif. Sekolah, kuliah dan pernah bekerja ditempat yang penuh inspirasi. Lalu menikah dengan laki-laki yang penyayang serta sabar dan di beri amanah dua anak perempuan yang menyejukkan mata dan hati. Semua hanya karena Allah