Belajar Menjadi Bijaksana

Alkisah seorang pemuda menemui seorang bijak.  Lalu dia berkata,“Pak, saya sudah memiliki banyak kemampuan dan ilmu tolong sekarang beritahu saya, apa yang harus saya pelajari yang belum saya ketahui?”

Lalu Sang bijak menggambar sebuah lingkaran dan bertanya kepada si pemuda, “sadar?”. “Ya sadar”.
Lalu dia menggambar lingkaran lagi dan bertanya, “sadar?”.  “Ya sadar”, jawab si pemuda. “Apa maksud anda Pak? saya sudah tahu anda menggambar lingkaran “.
Sang bijak diam saja dan menggambar lingkaran lagi, “sadar?”. “Iya saya sadar!”, jawab si pemuda sambil marah-marah. “Sekarang mundurlah satu langkah!”. Dan si pemuda menuruti perkataan sang bijak untuk mundur satu langkah dan dia pun terperosok ke dalam lubang.

“Apa yang telah anda lakukan?”
“Apa maksud anda dengan menggambar lingkaran-lingkaran tersebut ? Apa artinya?”
Sang bijak dengan tenang berkata. “Lingkaran pertama adalah kesadaran tentang pikiranmu”.
“Lingkaran kedua adalah kesadaran tentang tantanganmu”.
“Dan lingkaran ketiga adalah kesadaran tentang perasaanmu”.
“Engkau sudah mendapat banyak hal, karena itu kau mengaku pintar. Tapi engkau tak tahu bagaimana berpikir. Yang kau tahu kau sudah mengagumkan. Pikiran semacam ini membuatmu merasakan banyak hal. Dan perasaan itu membuatmu tidak lagi memikirkan tantangan. Itulah lubang yang ada disekelilingmu. Yang memintamu mundur, lalu kau terperosok dalam kondisi itu, perasaanmu bergejolak”. Sang bijak melanjutkan, “Hai pemuda, menurutku kau belum belajar hal. Kebijaksanaan yang kau rasakan sebenarnya menunjukkan dirimu belum bijaksana. Seperti yang kau alami sendiri, kau tidak mengenali fokusmu, pikiranmu dan terutama perasaanmu. Engkau biarkan semua itu menguasai dirimu.”

Dan cerita diatas hampir sama persis dengan yang saya alami . Saat saya merasa dipuncak karir sebagai kepala sekolah PAUD, saya merasa tahu bayak hal tentang ilmu PAUD dan anak-anak. Saya merasa pintar dan jumawa. Meskipun rasa sombong itu memang tidak pernah secara langsung saya perlihatkan. Namun saya bisa merasakannya, saat mencari suami, saya mencari yang “sepadan” (seolah-olah saya tahu yang terbaik untuk diri saya.  Saat ternyata dipertemukan dengan yang menurut saya tidak “sepadan", saya memandangnya sebelah mata, mungkinkan nanti dia mampu menjadi partner saya mendidik dan mengasuh anak-anak.

Namun saat saya resign dan punya anak saya merasa terkaget-kaget ternyata ilmu tentang anak hanya sedikit yang saya tahu. Pun saat saya bertemu dengan banyak orang, ternyata saya belum memiliki kemampuan apapun. Apalagi dalam kesabaran mengasuh anak, suami ternyata jauh lebih sabar terhadap anak-anak, meskipun beliau tidak memiliki background apapun tentang pengasuhan dan pendidikan anak. Hal itu tentu saja membuat saya syok, kecewa dengan diri sendiri yang ternyata tidak memiliki kemampuan seperti saya merasa selama ini. Saya seperti terlempar dengan keras ke dalam lubang yang cukup dalam.

Pada akhirnya, rasa sakit dan kecewa atas diri sendiri itu perlahan mulai pulih saat saya mendekatkan diri kepada Allah. Memang benar menurut Ibrahim Elfiky dalam bukunya “Dahsyatnya Berpikir Positif" bahwa supaya benar-benar bijaksana, kau harus memiliki hubungan yang erat dengan Tuhan. Serahkan segala urusanmu kepada-Nya, lalu pasang niat untuk membantu orang lain dengan ilmu yang telah Dia berikan kepadamu. Kenali kelemahan dirimu, tipu daya kehidupan dan godaan setan.

Pengalaman “terjerembab" dalam lubang yang dalam itu membuat saya lebih mawas diri dalam “merasa". Menelisik kembali kelemahan diri yang masih harus diperbaiki. Memulai kembali dari nol mengenal diri sendiri dan fokus. Bahwa sejatinya hidup saya untuk menaati dan mengabdi kepada-Nya, semata-mata untuk beribadah kepada Allah. Tentu saja saat ini saya masih jauh dari kata bijaksana, saya masih harus belajar banyak hal . Dimulai dengan memimpin perasaan saya sendiri, lalu mengelola sebaik mungkin tantangan yang ada dan berbuat untuk oranglain. Semoga Allah berkenan memampukan saya menjadi pribadi yang bermanfaat. Aamiin.
Kudus, 27 Mei 2018

#Day
#Odopfor99days2018
#Mengikatmakna
#Dahsyatnyaberperasaanpositif
#tugaspekan2PakHernowoHasyim
#SelamatjalanPakGuru

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginan vs Kebutuhan

Sudahkah Memeluk Anak Hari Ini?

Belajar Berhitung 1 -5