Misi Hidup

Memantaskan diri menjadi hamba yang disayang Allah, istri yang disayang suami dan ibu yang disayang anak-anak, sahabat yang bermanfaat dan disayang sesama.




Kalimat di atas tadinya adalah deskripsi dari blog saya. Namun setelah saya evaluasi kok kayaknya terlalu panjang meskipun isinya sangat mewakili isi hati dan keinginan saya menjadi.

Memantaskan diri menjadi hamba yang disayang Allah…

Tidak ada yang lebih saya inginkan selain ini. Menjadi seorang hamba yang selalu disayang pencipta-Nya. Saya yakin hidup baik yang saya jalani sampai dengan saat ini adalah karena karunia dan kasih sayang Allah. Dilahirkan dari kedua orang tua yang penuh kasih sayang. Berada di lingkungan keluarga besar yang baik. Dipertemukan dengan teman-teman yang memiliki energi positif. Sekolah, kuliah dan pernah bekerja ditempat yang penuh inspirasi. Lalu menikah dengan laki-laki yang penyayang serta sabar dan di beri amanah dua anak perempuan yang menyejukkan mata dan hati. Semua hanya karena Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Apapun yang terjadi dalam hidup jika yakin bahwa itu semua terjadi karena kasih sayang Allah maka akan selalu bersyukur dalam menjalaninya. Rasa senang, sedih, sakit, terluka adalah karunia dari Allah, sarananya untuk lebih mendekatkan diri kepada-Nya. Tugas saya selanjutnya adalah berusaha menjadi hamba yang layak untuk terus disayang Allah. Meskipun sebetulnya apapun kondisi diri saat ini, saya yakin Allah akan tetap selalu sayang. Saat melakukan kesalahan, Allah akan mengingatkan. Diingatkan dengan teguran nggak sadar, masih melakukan kesalahan. Lalu diberi cobaan ringan masih nggak sadar. Diberi cobaan berat masih juga nggak sadar (semoga tidak sampai seperti itu sudah sadar), itu semua sebenarnya karena Allah sayang. Agar kembali mengikuti jalannya yang lurus, melaksanakan perintahnya, menjauhi larangannya, mengikuti petunjukkanya agar selamat dunia dan akhirat.

Menjalankan peran terbaik  yang telah ditetapkan Allah. Hidupku dan matiku semata-mata hanya untuk beribadah kepada Allah semata.  Setiap aktivitas yang saya jalani setiap hari adalah ibadah kepada Allah,  jadi saya harus memastikan bahwa saya melakukan yang terbaik setiap harinya. Dan sampai saat  ini saya masih mencari peran spesifik apa yang diperuntukkan untuk saya berkonstribusi memakmurkan bumi.  Bimbing saya ya Allah untuk menemukan peran spesifik  saya.  Aamiin.

Memantaskan diri menjadi istri yang disayang suami…

Saat sudah menikah maka status berubah dari singgle menjadi double. Dari yang tadinya sendiri jadi berdua, bertiga, berempat, bahkan berlima (wk..wk...). Dari yang tadinya bisa melakukan apapun yang disuka, sekarang juga harus mau bertoleransi dengan pasangan. Meminggirkan ego demi kemaslahatan bersama. Buat saya yang terlahir sebagai anak tunggal ini bukan hal mudah.  Melayani,  mendengarkan,mengalah adalah hal yang penuh perjuangan diawal-awal pernikahan.  Setiap kali rasa sulit itu melanda,  saya ingat-ingat bahwa menikah adalah sunah Rasul dan salah satu perintah Allah.  Dengan mengingat ini,  semua lebih terasa ringan karena saya yakin bahwa setiap perintah Allah pasti mengandung kebaikan untuk hambaNya. Dan iya saya merasakan,  hampir 5 tahun menjalankan peran sebagai istri saya merasa  menjadi pribadi yang jauh lebih baik.  Meskipun tentu saja masih banyak hal yang harus diperbaiki. Beberapa diantaranya adalah menjadi partner suami dalam bertumbuh menjalankan ibadah kepada Allah dengan lebih baik, menjadi pendengar yang baik dan teman diskusi yang asyik untuk  mengembangkan usaha kami menjemput rezeki Allah.  Dan yang juga tak kalah penting adalah saling menyemangati dan mengingatkan dalam mendidik dan mengasuh dua buah hati kami.  Menjaga penampilan  diri agar menyenangkan  mata dan hati suami juga penting menurut saya.  Bertutur kata yang baik dan santun saat menyampaikan pendapat serta nggak mudah tersulut emosi saat berbeda pendapat. Menggelorakan  hubungan kami agar tetap on Fire (wk..).  Ahhh…. Masih banyak sekali PR saya sebagai istri.  Semoga Allah memampukan.  Aamiin.

Menjadi ibu yang disayang anak-anak.

Setiap kali saya bertanya kepada anak-anak apakah mereka sayang saya,  pasti jawabnya “iya”. Ya eyalah… keseharian mereka masih sangat bergantung dengan saya,  taunya ya ibunya selain ayahnya tentu saja.  Tapi bukan sayang seperti itu yang saya maksud,  tapi sayang yang tak lekang waktu,  sayang karena saya memang pribadi yang layak untuk disayang.  Oleh karena itu saya harus terus berusaha menjadi ibu yang layak disayang oleh anak-anak,  bukan hanya karena wajibnya anak sayang sama ibunya.  Ahh….. Mbulet banget si… intinya masih banyak yang harus kuperbaiki. PR utama dan terutama saat ini adalah bab mengelola emosi,  bersabar dengan tingkah pola mereka,  konsisten  dan fokus membersamai mereka bertumbuh. Bersama suami menjadi fasilitator belajar mereka.  Semoga  Allah senantiasa memberi petunjuk agar saya menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku.  Aamiin

Menjadi sahabat yang disayang dan bermanfaat untuk sesama

Setelah menikah dan punya anak,  hidupku hanya uplek-uplek seputar diriku sendiri.  Rasanya itu-itu saja masalahnya,  tentang manajemen emosi dan waktu. Saya tidak menganggap itu remeh temeh,  saya berpikir PR besar di rumah harus selesai dulu sebelum saya keluar tapi saya rasa tidak apa juga mencoba tantangan baru.

Secara nggak sengaja,  teman mengingatkan kalau kita hanya memikirkan urusan diri kita sendiri,  ya masalahnya itu-itu saja, nggak selesai-selesai.  Aha… trus saya jadi mikir,  mungkin memang sudah saatnya saya keluar dari zona nyaman dan turun dari peraduan.  Dengan tetap menjalankan pernah utama saya dengan excelent sebagai istri dan ibu, satu lagi yang harus ditambah yaitu peran spesifik yang bermanfaat untuk sesama.  

Apa itu?  Belum tahu pasti… Gambarannya nggak jauh- jauh dari anak - anak dan pendidikan anak.  Saya paling senang belajar tentang pendidikan anak.  Mungkin saya mulai dari situ dulu.  RSA yang sudah lama diangankan,  sudah digodok harus segera dimatangkan agar segera bisa dilounching dan memberi manfaat untuk sesama.  Bismillah mengharap ridhoMu ya Allah…

Setiap hari saya hanya ingin menjadi pribadi yang lebih baik,  berangkat dari kondisi saya saat ini.  Saya ingin tidak sia-sia diciptakan karena saya juga harus mempertanggungjawabkannya kelak.  Semoga setiap langkah saya selalu diridhoi Allah,  ditunjukkan jalan yang lurus dan diberi kekuatan untuk terus istiqomah dalam kebaikan.  Dari dan untuk Allah semata…
Kudus,  3 Mei 2018

#Day
#ODOPfor99Days2018

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginan vs Kebutuhan

Sudahkah Memeluk Anak Hari Ini?

Belajar Berhitung 1 -5