Temukan Kekuatan Diri!

Konon katanya menjadi seorang ibu itu harus multitalenta. Nyatanya memang begitu. Secara tidak langsung, seorang ibu dituntut untuk mampu mendidik dan mengasuh anak, melayani suami, mengurus rumah tangga termasuk diantaranya membersihkan rumah, memasak, menjaga kesehatan keluarga, memanage keuangan keluarga. Dan juga pandai mengurus diri sendiri.

Namun, bagaimana pun seorang ibu adalah manusia biasa. Memiliki keterbatasan. Tidak sempurna. Memiliki kelebihan sekaligus kekurangan. Setidaknya pengetahuan dan ketrampilan dasar sebagai seorang ibu harus dimiliki. Dan, terutama keinginan dan usaha untuk terus belajar dan mau berproses memperbaiki diri.

Ibu,  juga seorang individu. Diciptakan istimewa. Unik dan berbeda satu sama lainnya. Memiliki tugas khusus atas penciptaannya. Sayangnya, Allah tidak langsung memberi tahu. Ini tugas khusus kamu!
Ya, kita lah yang harus menemukannya. Dan, tentu saja melaksanakannya sebaik mungkin!

Ibu juga butuh ruang dan waktu untuk menunjukkan "Siapa dirinya". Menunjukkan eksistensi dan kebermanfaatan diri. Rasa berharga dan dihargai. Agar diri ibu tetap bahagia. Seimbang melaksanakan tugasnya.

Pas banget nih, dengan tugas 1 kuliah "Ibu Cekatan" Institut Ibu Profesional kali ini. Kami diminta menemukan kekuatan diri. Dengan mengklasifikasikan aktivitas yang kami bisa dan suka, bisa tapi tidak suka, tidak bisa tapi suka dan tidak bisa dan tidak suka.

Harapannya, setelah mengklasifikasikan kita jadi tahu nih aktivitas-aktivitas yang merupakan kekuatan diri. Setelah tahu, baru deh kita bisa mengoptimalkankannya. Mengasahnya agar lebih bermanfaat bagi diri sendiri dan sesama.

Nah, berikut ini adalah klasifikasi aktivitas versi saya.


5 aktivitas yang saya bisa dan suka. 


1. Belajar dan berbagi ilmu parenting

Awal menyadarinya, saat dulu bekerja di PAUD. Menjadi yang paling senior, membuat saya memiliki tanggung jawab besar. Salah satunya membina guru-guru baik yang lama maupun baru. Berusaha membuat mereka tetap semangat. Update ilmu baru tentang pendidikan dan pengasuhan anak.

Setiap kali mengadakan sesi pelatihan. Semangat sekali mencari bahan. Membaca aneka buku dan artikel. Meramunya menjadi materi yang menarik. Mencari gambar dan video yang relevan. Asyik sekali. Tak pernah keberatan walau harus lembur dan begadang.

Saat sesi penyampaian pun tak kalah menyenangkan. Menyusun kata demi kata agar mudah dimengerti. Rasanya bahagia saat peserta pelatihan tetap duduk manis mendengarkan. Bahkan selama berjam-jam. Lalu kami berdiskusi menemukan solusi. Ada rasa senang membuncah. Rasa lelah berbicara tak terasa. Yang ada adalah rasa puas. Apalagi jika ada  perubahan perilaku peserta yang signifikan setelah pelatihan. 

Bahagia sekali rasanya. Tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ada energi yang masuk ke dalam tubuh. Merasuk dan membuat diri terasa "penuh".

Sekarang, setelah jadi ibu. Belajar dan berbagi ilmu tetap membuat saya bahagia. Meskipun awalnya tidak tersalurkan. Ada rasa yang hilang. Tapi saya tetap belajar, membaca buku atau artikel. Menulisnya ulang. Barangkali suatu saat bermanfaat.

Sesi berbagi di Rumah Sayang Anak

Alhamdulillah Allah berkenan. Melalui RSA dapat belajar dan berbagi ilmu kembali. Bersama sesama ibu. Saling mengisi, saling berbagi. Pengalaman kami sehari-hari. Mendidik dan mengasuh anak-anak. Disini bahagia saya temukan kembali.

2. Membaca dan menulis. 


Saya bukan kutu buku. Bukan juga penulis handal. Seorang amatir saja. Baik dalam hal membaca maupun menulis. Membaca jika sedang butuh. Menulis jika sedang ingin.

Namun, tak dipungkiri. Membaca dan menulis menjadi salah satu hal yang membuat saya bahagia. Sejak menjadi ibu dan tinggal di rumah saja. Keinginan belajar saya terbendung. Biasanya ikut seminar dan workshop, sekarang terkurung di dalam rumah. Tak bisa "bergerak" kemana pun.

Buku menjadi pelarian. Ilmu apa yang saya butuhkan, saya cari di dalam buku. Membacanya lalu merangkumnya. Menulisnya ulang. Dengan tulisan tangan. Dan, ini menjadi obat yang mujarab bagi jiwa saya yang sedang "sakit".

Menulis juga menjadi pelarian saya. Biasa ngobrol dan diskusi dengan orang lain. Sekarang merasa sendiri. Adanya suami tak mencukupi kebutuhan saya mengeluarkan 20.000 kata setiap hari. Stres jadinya.

Buku diary menjadi teman. Menulis apa pun yang saya suka. Lalu, sedikit demi sedikit mulai belajar menulis selain curhatan. Dituangkan di dalam blog. Tapi, ternyata masih lebih nyaman menulis rasa dan pengalaman pribadi. Tak apa, yang penting tetap menulis. Menulis membuatku jiwaku tetap sehat.

3. Observasi perilaku anak. 


Jujur, saya tidak terlalu senang terlibat bermain dengan anak-anak. Saya merasa kurang kreatif dan ekspresif. Saya lebih senang membiarkan mereka bermain bebas. Suka-suka mereka.

Mengamati anak-anak bermain

Saya lebih senang duduk di sekitar. Sesekali membantu jika dibutuhkan. Tapi tidak mengintervensi. Mengamati perilaku mereka saja. Kerjasama, pertengkaran, eyel - eyel, negoisasi, diskusi, ide, dan apa pun yang anak-anak lakukan. 

Lalu otak mulai menganalisa. Kenapa begini, kenapa begitu. Senyum-senyum sendiri. Semua itu membuat saya takjub dan bahagia.

4. Mendengarkan curhat orang lain/teman sharing. 

Setiap kali ada yang mengatakan "aku mau curhat". Hati berdegub-degub bahagia. Mendengarkan orang lain berbicara atau bercerita. Mengamati ekspresi mereka. 

Mencoba menganalisa apa yang terjadi. Mencoba menemukan solusi terbaik untuknya. Senang dan bahagia saat solusi yang tepat bisa ditemukan. Membantunya keluar dari masalah.

5. Jalan-jalan di alam

Sebagai ibu full time yang 24 jam berada di rumah. Tak dipungkiri, bosan sering melanda. Dulu, saya pikir solusinya dengan jalan-jalan. Bertemu dengan banyak orang. Ke mal, makan di luar atau ke CFD. Hiburan terdekat yang ada di Kudus. Nyatanya, setelah pulang. Hati masih terasa hampa.

Lalu, iseng-iseng sepedaan pagi bersama keluarga. Di sekitar rumah yang masih banyak persawahan. Melihat pemandangan hijau yang terbentang. Kadang ke taman dekat rumah. Melihat pohon hijau tinggi menjulang. Bunga-bunga bermekaran. Mendengar suara burung yang terbang bebas saling bersahutan. 

Pulang ke rumah, energi terisi penuh. Bahagia membuncah.
Oh... Ternyata ini, jalan-jalan ke alam itu yang membuat saya bahagia. 

Jalan-jalan di taman oasis bersama keluarga

Sekarang, jika terasa jenuh. Jalan-jalan ke alam bebas itu yang saya inginkan. Melihat alam indah ciptaan Allah. Bahkan sekedar keluar rumah, melihat bunga dan tanaman di kebun kecil kami juga sudah membuat saya bahagia.

Saat ini, lima aktivitas itu yang membuat saya bahagia. Menjadi kekuatan untuk tetap berdiri tegak. Menjalankan peran sebagai seorang ibu. Semoga, aktivitas apa pun yang saya lakukan. Bermanfaat bagi diri sendiri dan sesama. Dan, yang utama di ridhoi Allah Swt. Aamiin.
Kudus, 17 Desember 2019

#janganlupabahagia
#jurnalminggu1
#materi1
#kelastelurtelur
#bundacekatan1
#institutibuprofesional

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginan vs Kebutuhan

Sudahkah Memeluk Anak Hari Ini?

Belajar Berhitung 1 -5