Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Aliran rasa melatih kemandirian

Tantangan pada bulan ini adalah melatih kemandirian pada anak dan diri saya sendiri. Saya membagi tantangan ini menjadi 4 pekan. Pekan pertama melatih kemandirian ketrampilan hidup, pekan kedua melatih kemandirian belajar, pekan ketiga melatih kemandirian emosional, dan pekan keempat melatih kemandirian psikososial. Sebenarnya raisa sudah cukup mandiri bab ketrampilan hidup, seperti makan sendiri, pakai baju sendiri dan lepas baju sendiri, karena sejak satu tahun perlahan-lahan sudah saya latih. Namun semenjak adiknya lahir, raisa minta diperlakukan seperti adiknya, makan minta disuapin, baju minta dilepaskan dan dipakaikan, apa2 minta diambilkan. Nah, ini yang menjadi tantangan saya, terus memberinya semangat melatih kemandiriannya. Meskipun saya masih belum bisa konsisten, masih tarik ulur untuk meminimalisir sibling rivalvy antara raisa dan adiknya. Alhamdulillah, dengan progam melatih kemandirian ini, raisa semakin berani bermain bersama teman2nya, meskipun masih harus dimotivasi

Melatih kemandirian prososial 2

Kemarin sore kami bermain sepeda2an di sekitar komplek. Raisa melihat teman2nya sedang bermain. Raisa meminta mama membawanya menemui teman2nya. Setelah dekat , raisa menyapa temannya, "hasna aku minta maaf ya" katanya. Beberapa hari sebelumnya memang sempat ada masalah dengan teman2nya. Raisa menangis saat digoda zaidan untuk tidak bermain bersama mereka. Kebetulan disana ada hasna. Sejak itu hasna tidak main kerumah kami lagi. Entah untuk alasan itu atau alasan lain kami tidak tahu. Raisa selalu bilang minta maaf saat bertemu zaidan atau saat melihat hasna dari kejauhan. Padahal bukan raisa yang bersalah, setiap saya tanya kenapa minta maaf, raisa bilang "ya gak papa ma". Tapi saya biarkan saja dia minta maaf pada hasna dan zaidan. Mungkin itu caranya untuk bisa diterima kembali bermain bersama mereka. Raisa sedang berlatih kemandirian prososial. Dan benar saja, raisa kembali akrab dengan hasna, sore itu hasna kembali bermain kerumah kami. Dan pagi ini hasna suda

Melatih kemandirian emosional

Saat terdengar adzan dzuhur, Raisa(3y5m)bergegas ke masjid depan rumah. Seperti biasa, Raisa menaiki sepedanya meskipun jarak ke masjid sangat dekat. Tak lama kemudian saya dengar Raisa menangis dan berteriak-teriak memanggil saya. Setelah saya lihat keluar rumah, ternyata Raisa menangis karena tidak bisa menaikkan sepedanya ke garasi. Alih-alih membantunya, saya ingin melatih kemandirian emosional padanya. Yaitu, kemandirian untuk melakukan hal yang dia merasa tidak mampu. Saya beri motivasi Raisa, "ayo ca, kamu bisa, turun dulu dari sepeda dan sepedanya dituntun ke atas". Dan diapun menuruti kata2 saya. Raisa turun dari sepeda dan menuntun sepedanya ke atas. Dan Alhamdulillah, ternyata Raisa mampu melakukannya. Semoga ini menjadi awal yang baik untuk melatih kemandirian emosional padanya. Membuatnya merasa mampu melakukan hal yang menurutnya sulit dan tidak mampu dia lakukan. Melalui hal2 sederhana dalam kegiatan sehari2. Kudus, 09 Maret 2017 #level2 #melatihkemandi

Melatih kemandirian prososial

Salah satu keunikan raisa adalah dia suka mengatur orang lain. Mengatur bagaimana orang lain harus bermain seperti apa dan berperan apa. Baik saat bermain bersama ayah, mama, kakung, titi, maupun dengan adiknya. Saat bermain bersama adik sore ini, raisa mengatur adiknya agar mau main suap2an, sementara itu adiknya sudah punya kemauan sendiri, sehingga terjadilah sedikit keributan. Adik menangis karena raisa terus memaksanya. Sejenak saya biarkan raisa menyelesaikan masalah yang dibuat. Saya hanya ingin dia belajar kemandirian prososial, kemandirian untuk menyelesaikan sendiri masalah dengan adiknya. Meskipun pada akhirnya saya harus turun tangan untuk menyelesaikan masalah raisa dan adiknya, namun hari ini saya sudah memberikan kesempatan raisa untuk melatih kemandirian prososial. Kudus, 08 Maret 2017 #level2 #melatihkemandirian #kuliahbunsayiiip

Mama belajar mandiri

Semenjak menikah dan dikaruniai anak, saya berasa selalu "dimanja" suami, terutama yang berkaitan dengan pergi2. Kemanapun suami siap mengantar. Konsekuensinya ya saya harus bersabar menunggu suami memiliki waktu luang. Dulu, saat masih singgle, saya menjadi rider, kemana2 naik motor sendiri. Namun, entah kenapa setelah dikaruniai dua putri saya agak takut naik motor sendiri, apalagi kalau harus bawa 2 balita. Jadi, mau gak mau saya harus nunggu suami kemanapun saya mau pergi. Qodarullah, 2 hari ayah harus pergi keluar kota. Anak2 mulai terlihat bosan dirumah, apalagi Raisa, apalagi ibunya (he..he..). Jadilah sabtu sore saya memberanikan diri mengajak anak2 jalan2. Belum nyaman pakai motor apalagi kalau harus bawa 2  balita, saya naik sepeda listrik. Biasanya saya naik sepeda dengan jarak dekat. Kali ini, kami bersepeda agak jauh, kurang lebih 5-6 km. Saya set pikiran saya dengan pikiran yang positif, bahwa perjalanan akan berjalan dengan lancar, dan kami akan baik2 saja.

Aku bisa mengambil mainan sendiri

Hari ini Raisa bangun lebih pagi dari biasanya. Jadi saat dia sudah segar dan cantik, mama belum selesai dengan pekerjaan rumah tangga. Raisa memilih bersama Ayah diruang bermain. Setelah selesai dengan pekerjaan domestik, saya masuk ke ruang bermain. Saya lihat Raisa sudah asyik bermain puzzle. Saya kaget karena biasanya dia akan ngegeri minta main sama2  atau minta diambilkan mainan bahkan saat saya sibuk sekalipun. "Siapa tadi yang ambilkan mainannya ca?"."ambil sendiri" jawabnya sambil terus memasang puzzle. Kudus, 03 Maret 2017 #level2 #melatihkemandirian #kuliahbunsayiip

Melatih kemandirian belajar (memilih dan menyiapkan mainan sendiri)

Pada pekan ke dua ini, tantangan saya adalah melatih kemandirian belajar Raisa, diantaranya adalah melatihnya menentukan mau main apa hari ini dan sekaligus menyiapkan alat dan bahannya semampunya. Setiap pagi, saya tanyakan mau main apa hari ini? "Aku mau main cat mama". Setelah dia menentukan mau main apa, Raisa membantu menyiapkan alat dan bahannya, yaitu cat, kuas, wadah cat dan buku gambar.  "Aku mau cat warna pink sama ungu mama". "Oke...sekarang Raisa ambil sendiri catnya dan taruh diwadah cat ya". "Ya mama". Raisa mulai mengambil cat dan meletakkannya di wadah cat, saya melihatnya dari kejauhan. Ini adalah proses saya memberi kepercayaan untuknya, bagi saya tidak mudah, karena cat belepotan dimana2, berceceran di wastafel. "It's oke...its oke..dia sedang belajar", batin saya. Setelah selesai dengan cat, raisa mulai menggambar di buku gambar. Puas menggambar dengan cat, Raisa ingin bermain yang lain. "Oke..kita bereska