Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2017

Terimakasih karena...

Raisa senang membantu mama. Dia senang saat dimintai tolong, misal mengambilkan popok adik, minyak telon adik, baju adik ataupun membuang sampah. Namun, adakalanya dia juga enggan untuk dimintai tolong dengan berbagai alasan, seperti "aku lagi ini lho mama, bentar ya". Adakalanya juga, dia tidak mau dimintai tolong meskipun sudah dibujuk sedemikian rupa. Adakalanya dia membantu untuk hal2 yang menurut saya agak mengkhawatirkan, seperti menggendong adik. Dia baru berusia 3 tahun dengan berat badan 12 kg, sedang adiknya berusia 10 bulan dengan berat badan 7 kg, jadi dia kelihatan kepayahan menggendong adiknya. Agar tidak membuatnya berkecil hati saya sampaikan, "maaf ya kakak gendong adiknya saat ada mama aja ya!". Atau saat membantu mama membawa piring ke tempat cucian, agar tak membuat saya khawatir karena takut pecah, saya mengganti semua perlengkapan makan dan minum yang anti pecah belah. Saat dia dengan suka cita membantu mama, atau saat enggan membantu mama

Komunikasi ala kami

Karena dirumah ada dua balita, Raisa (3y) dan Rafifa (10m), jadi memang agak menantang memcari waktu khusus ngobrol berdua dengan suami. Ngobrol yang saya maksudkan disini adalah ngobrol dengan duduk cantik dan saling bercengkrama. Tapi tentu saja, kami gak kehilangan akal, biasanya diskusi dan ngobrol ini kami lakukan sambil masak bersama atau ketika membersamai anak2 bermain. Ngobrolnya juga ringan2 saja, seputar kegiatan anak2 dirumah biasanya saya ceritakan selepas suami kerja. Kalau ngobrol yang agak berat biasa kami lakukan malam hari setelah anak2 tertidur. Saat ini, kami memang belum pernah melakukan family forum yang terjadwal. Semua kami lakukan mengalir saja, kapan ada waktu ngobrol ya kita ngobrol, bahkan saat dimobil dalam perjalanan pun justru menjadi saat yang paling menyenangkan untuk ngobrol tentang anak2. Kedepan, seiring berjalannya waktu dan perkembangan serta pertumbuhan anak2, tentu saya juga ingin memiliki family forum yang terjadwal yang juga melibatkan an

Kembali ke titik 0

Hari ini saya harus mengulang kembali ketitik nol. Setelah 2 hari berhasil mempraktekkan ilmu komunikasi produktif bersama anakku Raisa, hari ini aku tumbang. Acara bersih2 ruang bermain Raisa yang harusnya menyenangkan menjadi kelabu. Karena diburu target yang harus cepat selesai, sebelum Rafifa bangun, saya jadi tidak menikmatinya. Raisa yang merasa senang karena bisa bereksplorasi dengan barang2 yang berantakan berbanding terbalik dengan saya yang "kemrungsung" karena harus segera selesai. Walhasil, keluarlah kata2 dengan intonasi tinggi, kata2 negatif, kata2 yang menghakimi, juga kata2 yang panjang dan lebar yang sama sekali gak produktif dan efektif. "Raisa, jangan diberantakin lagi dong, gak selesai2 nanti beres2nya". "Raisa, udah dibilangin ya, gak dengerin mama ini". Itu beberapa kata yang saya ingat, yang jelas saya jadi tambah capek. Akhirnya saya sudahi kegiatan beberes meskipun belum selesai. Sebelum saya menjadi tambah kehilangan kontrol d

Eye contact dan KISS

Adzan magrib mulai terdengar. Raisa (3y3m) antusias mempersiapkan dirinya. Mengambil mukena dan minta dipakaikan. Karena hari ini mama berhalangan, jadi Raisa ke masjid bersama ayah. Raisa senang ke masjid, karena disanalah dia bertemu teman2nya, bermain, berlari2an. Ini yang menjadi dilema buat kami orangtuanya. Disatu sisi senang karena dia bisa bertemu teman2nya, di sisi lain merasa gak enak hati dengan jamaah lain karena pastinya tingkah polah raisa dan teman2nya mengganggu kekhusukan sholat. Oleh karena itu, setiap kali sebelum ke masjid saya selalu berpesan, "sholat ya nak, gak boleh lari2, boleh mainan sama teman setelah sholat, oke". "Oke" jawabnya Hari ini, saya juga melakukan hal yang sama, tapi dengan cara yang berbeda. Mencoba mempraktekkan komunikasi produktif pada Raisa. Saya memintanya melakukan eye contact dengan saya, lalu saya mengatakan :"di masjid sholat ya nak". "Iya mama", jawabnya. Karena rumah kami tepat depan masji

Tenang...ternyata itu kuncinya

Makan malam ini Raisa(3y3m) memilih untuk makan diatas kursi. Biasanya kami makan bersama dibawah (lesehan). Karena makanan untuk seluruh keluarga belum siap, baru untuk Raisa yang sudah ada, dia makan duluan diatas kursi tanpa ditemani siapapun. Menit2 pertama berjalan dengan cukup lancar, raisa makan sendiri tanpa kesulitan. Tiba2 terdengar suara "krompyang" dari ruang makan. Saya yang sudah siap makan, spontanitas teriak "lha tenan tho (lha benar khan). Ayah pun juga mulai ikut2an bicara "udah dibilang, makannya dibawah aza ca". Namun sesaat itu juga saya berusaha tenang dan diam sekaligus mencegah ayahnya bicara lebih panjang. "Sudah yah, tenang dulu, diam, aku mau menenangkan diri dulu" kata saya. Saya pun meminta Raisa tetap duduk dikursi, saya juga duduk untuk menenangkan diri. Setelah beberapa saat, ayah mulai membereskan mangkok dan makanan yang tumpah, saya meminta Raisa untuk membantu ayah memunguti nasi yang berceceran. Lalu saya sampai

Maafin mama nak...

Gambar
Maafin mamamu ini nak... Malam ini...aku marah lagi sama sayangku raisa (3y), entah sudah berapa banyak paku yang sudah kutancapkan dihatinya...ahh...menyesalpun tiada guna, selalu seperti itu...seperti lupa daratan saat marah. Sulit sekali rasanya mengontrol kata2 yang keluar dari mulut ini...sulit rasanya menghentikan amarah ini...hanya bisa istighfar dan menangis sesudahnya. Apakah itu berguna...tangisan itu...karena paku itu sudah tertancap dihatinya, mungkin pakunya bisa diambil, tapi seperti paku yang tertancap dikayu, walaupun sudah diambil tetap meninggalkan bekas... Oh Raisaku...maafin mama.. Mama selalu bilang sayang kamu, tapi mama juga masih suka marah sama kamu...maafin mama nak... Setiap kali selesai marah, mama selalu berdoa semoga kau tidak marah sama mama, semoga kemarahan mama tidak membekas dihatimu nak... Tapi nak...kau selalu bisa memaafkan mama, seolah2 tidak ada yang terjadi. Bahkan sekarang saat mama mulai marah, kau akan bilang hush...hush...supaya