Bertakawal Kepada Allah

QS Luqman:22
"Dan barangsiapa berserah diri kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya dia telah berpegang pada buhul (tali) yang kukuh. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan."

Allah tempat bergantung, kenapa mesti khawatir. Mengambil sisi positif dari setiap kejadian. Allah tidak suka kita bergantung atau berharap sama manusia. Bahkan ketika harapan itu sebenarnya memiliki tujuan yang baik. Yaitu, ingin bekerja bersama membuat sebuah perubahan. Melakukan kebajikan. Tapi ketika terselip sedikit saja rasa harap pada manusia bisa membantu kita, maka Allah tidak ridho. Cukuplah berharap kepada Allah saja. Biarlah Allah yang membantumu.

Ketika ada masalah yang harus dilakukan pertama kali adalah berdoa meminta petunjuk Allah. Bukan meminta pertolongan kepada manusia. Biarlah Allah yang mendatangkan bantuan-Nya. Secara langsung atau tidak langsung, entah melalui tangan siapa. Biarlah Allah yang menentukan.

Meminta pertolongan Allah, sebenarnya mudah saja. Hanya butuh percaya dan yakin bahwa Allah Maha Penolong. Allah Maha Kuasa atas segalanya. Allah akan menurunkan bantuan Nya. Pertolongan itu bisa jadi sesuatu yang kita sukai. Bisa jadi sesuatu yang awalnya cukup menyakitkan dan menyedihkan. Namun, sesuatu yang kita butuhkan pada akhirnya. Allah paling tahu cara terbaik untuk membantu kita.

Semudah itukah? Tidak juga, setidaknya bagi saya. Mudah sekali mengatakan yakin dan percaya pada Allah. Tapi terkadang dalam kehidupan sehari-hari, Allah terasa begitu jauh. Bukan karena tidak yakin dan percaya, tapi secara kasat mata Allah tidak terlihat. Yang "terlihat" nyata adalah orang-orang terdekat dan dirasa bisa membantu. Jadi, memang terasa lebih mudah minta pertolongan kepada orang terdekat yang ada di sekitar.

Contohnya, suatu hari saat menyiapkan kegiatan di RSA. Saya berharap partner saya segera datang dan dapat membantu. Anak-anak RSA mulai berdatangan, tapi partner kerja saya belum juga muncul. Saya buka HP, ternyata ada pesan WA kalau hari ini beliau izin. Saya membaca pesan dan membalasnya, berharap dia bisa tetap datang meskipun terlambat. Hari itu saya butuh bantuannya, karena semua anak RSA datang. Dan, tidak mungkin bagi saya menanganinya sendiri. Tapi dia bersikukuh tak bisa datang karena suatu hal. Harapan pun pupus, membuat saya begitu kecewa.

Setelah kekecewaan mulai mereda, saya menyadari kekeliruan saya. Sekali lagi Allah mengingatkan saya tentang hal ini. Bahwa, bukan kepada manusia tempat kita berharap dan meminta pertolongan. Tetapi hanya kepada Allah semata. Saya menenangkan diri dan mulai berdoa semoga Allah memberikan pertolongan Nya. Agar hari itu, meskipun sendiri saya tetap bisa maksimal membersamai anak-anak.

Dengan percaya diri dan yakin akan pertolongan Allah, kegiatan pun dimulai. Delapan anak berusia antara 2-5 tahun bermain bersama saya seorang diri. Dan, benar saja Allah menurunkan pertolongan-Nya. Anak-anak yang biasanya sangat susah diatur dan semaunya sendiri. Hari itu begitu penurut. Mereka mengikuti sesi demi sesi kegiatan dengan tenang sampai seluruh kegiatan selesai.

Hari itu saya belajar bahwa hal yang tampaknya tidak mungkin, menjadi mungkin saat Allah membantu. Saya merasa tidak mungkin bisa menemani delapan anak sendiri. Namun, Allah membantu saya menenangkan anak-anak. Sehingga terasa lebih mudah untuk kami bermain bersama. Terima kasih Ya Allah atas setiap pembelajaran yang Engkau berikan kepada hamba setiap hari. Alhamdulillah…
Kudus, 24 Juni 2019

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginan vs Kebutuhan

Sudahkah Memeluk Anak Hari Ini?

Belajar Berhitung 1 -5