Jangan Menua Tanpa Karya dan Inspirasi


"Jangan menua tanpa karya dan inspirasi".
Quote yang sempat membuat saya terhentak sesaat saat membacanya diwall FB seorang teman. Qoute yang membuat saya tercenung dan termenung dipagi buta.

Iyess...usia saya sudah semakin menua namun rasanya belum ada satupun karya yang berhasil saya torehkan ataupun inspirasi yang berhasil saya tularkan ke oranglain.

Sedih dan kecewa menyergap, kenapa sampai usia segini saya belum menghasilkan apapun, sesuatu yang bisa saya banggakan dan terutama yang bisa bermanfaat untuk orang banyak.

Dan saya kembali melihat kedalam diri saya, melihat kedua buah hati saya, amanah terbesar yang diberikan Allah pada saya. Betapapun inginnya saya membuat sebuah karya dan inspirasi untuk orang lain. Tapi yang terutama saat ini adalah menjalankan amanah saya sebaik-baiknya sebagai ibu untuk mereka. Saya harus belajar dulu menempatkan prioritas. Bukan karena keterpaksaan,bukan pula karena sebuah pengorbanan, namun karena ini adalah sebuah kewajiban, tanggungjawab yang harus saya pertanggungjawabkan kepada Sang Pencipta.

Dan sebenarnya ini hanya masalah persepsi. Kalau yang dipersepsikan karya dan inspirasi adalah prestasi dalam bentuk piala dan manfaat yang bisa dirasakan orang lain atau banyak orang, maka saya jauh sekali dari itu. Kalau yang dipersepsikan sebuah karya adalah kesuksesan menghasilkan jutaan uang, maka saya juga jauh sekali dari itu. Kalau yang dipersepsikan karya dan inspirasi adalah deretan gelar dibelakang nama, maka saya jauh sekali dari itu. Kalau yang dipersepsikan karya dan inspirasi adalah dikenal banyak orang, maka saya jauh sekali dari itu. Kalau yang dipersepsikan karya dan inspirasi adalah karir yang mentereng maka saya juga jauh sekali dari itu.

Iyeess... Ini hanya masalah persepsi. Apa yang saya lakukan saat ini sebenarnya juga sebuah prestasi (pede aja kali yess), setidaknya bagi diri saya, keluarga dan anak-anak. Untuk saya yang tidak pernah bermimpi menjadi ibu yang "dirumah saja", menjadi full time mom adalah sebuah karya dan inspirasi. Untuk saya yang tidak pernah bermimpi belajar setiap hari mendidik dan mengasuh anak sendiri, ini adalah sebuah karya dan inspirasi. Dan prestasi terbesar saya setelah menjadi istri dan ibu adalah belajar taat kepada perintah Allah untuk menghormati suami, menyusui, mendidik dan mengasuh anak-anak titipanNya. Untuk saya yang tidak mudah taat dan egois ini adalah sebuah karya dan inspirasi.

Memang betul banyak wanita yang yang bisa berperan ganda sebagai ibu ya..., sebagai wanita karier juga iyess... Tapi saya ingat lagi kata-kata Charllote mason bahwa, "Seorang anak harus mendapatkan waktu terbaik dari ibunya". Saya melihat kedalam diri saya kembali, bahwa untuk saat ini saya belum bisa konsentrasi pada dua pekerjaan sekaligus, dua prioritas sekaligus. Mungkin jika saya bekerja atau beraktivitas diluar maka belum tentu saya bisa maksimal dengan anak-anak. Seperti kata bu septi, "kuatkan dulu didalam baru keluar". Sukseskan dulu yang didalam baru keluar. Prinsip "Lakukan yang terbaik dari setiap apapun yang engkau lakukan", harus saya pegang kuat-kuat.

Toh menjadi ibu RT bukan pekerjaan ringan dan sepele, coba bayangkan jika saya berhasil mendidik 2 anak perempuan saya dengan baik, maka 2 anak perempuan saya juga insyaaallah akan bisa mendidik anak-anaknya dengan baik, dan anak-anak dari anak-anak saya akan bisa mendidik anak-anak mereka dengan baik pula. Itulah kenapa seorang ibu juga disebut sebagai arsitek peradaban, perannya tak bisa disepelekan. Seorang ibu lah yang memegang peranan penting dalam sebuah peradaban, karena anak lahir dan dididik oleh ibu.


Dunia ini akan menjadi lebih baik karena peran seorang ibu yang bisa mendidik anak-anaknya dengan baik. Biarlah sekarang saya berjalan dalam kesunyian, yang terpenting apa yang saya lakukan bukan hal yang biasa-biasa. Peran saya didunia ini sangat luar biasa dimulai dengan mendidik dan mengasuh sepenuh jiwa dan raga dua bidadari kecilku.

Sudah banyak bukti seorang ibu yang berhasil mendidik anak-anaknya akhirnya bisa menorehkan sejumlah karya dan inspirasi yang bermanfaat untuk dunia.

Ada ibu Septi Peni Wulandari, Ibu Ainun Habibie, dan masih banyak ibu-ibu lain yang rela berjalan dalam kesunyian mendidik dan mengasuh anaknya sendiri, meninggalkan karier gemerlap yang mereka rintis. Meninggalkan tepuk tangan, sorak sorai, decak kagum dan rasa bangga dari orang lain.

Mengenal mereka sudah cukup membuat saya percaya diri. Bahwa "dirumah saja" tidak akan sia-sia selama saya melakukannya dengan benar, dengan sepenuh hati, dan dengan usaha perbaikan yang maksimal. Saya tidak pernah tahu apakah yang saya lakukan saat ini ada gunanya atau manfaatnya dimasa depan, namun selama yang saya lakukan adalah hal yang baik dan selalu diniatkan hanya untuk Allah, maka Allah tidak akan menyia-nyiakannya. Setidaknya itu akan bermanfaat untuk diri sendiri, menjadikan diri saya lebih baik dihadapan Allah. Aamiin

Ibu Septi saya yakin tidak pernah tahu bahwa apa yang beliau lakukan dulu saat berdiam dirumah membersamai anak-anaknya bermain dan sekarang menjadikan anaknya sukses menjadi pembelajar sejati telah menginspirasi banyak ibu. Menginspirasi banyak wanita untuk bangga menjadi ibu yang mendidik dan mengasuh anaknya sendiri, yang mau terus belajar, berkarya, menginsipirasi meskipun itu hanya dari rumah saja.

Jadi sesunguhnya saya tidak perlu khawatir bahwa saya akan menua tanpa karya dan inspirasi. Selama apa yang saya lakukan saat ini adalah hal yang baik, dilakukan dengan cara yang baik dan terus belajar menjadi lebih baik, yakinlah bahwa suatu hari akan berbuah baik. "Usaha tidak akan mengkhianati hasil". Aamiin
Kudus, 17 Desember 2017

#odopfor99days98

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginan vs Kebutuhan

Sudahkah Memeluk Anak Hari Ini?

Belajar Berhitung 1 -5