Meneladankan Budaya Berkendara yang Baik Sejak Dini



Beberapa waktu lalu saya membaca hasil rapat warga perumahan tempat saya tinggal. Salah satunya supaya bapak atau ibu yang memiliki anak remaja menasehati anaknya yang wara wiri naik sepeda motor agar lebih berhati-hati saat berkendara di area perumahan.

Saya bersyukur akhirnya masalah ini mendapat tanggapan banyak warga.  Akhir-akhir ini memang kami melihat banyak anak-anak menjelang remaja (note :usia sd)  yang mengendarai sepeda motor, bolak balik di jalan perumahan. Prihatin karena bahkan diantara mereka belum mampu menyangga motor dengan dua kakinya. Khawatir karena banyak juga anak-anak kecil yang bermain di sepanjang jalan.

Saya tahu hal semacam ini sudah sangat biasa dizaman now. Nggak didesa nggak dikota, nggak diperumahan nggak diperkampungan, nggak dijalan kecil nggak dijalan besar. Hampir disetiap area saya menemukan betapa banyak anak-anak yang seharusnya belum boleh mengendarai motor berkeliaran dijalan. Entah mau berangkat atau pulang sekolah atau hanya sekedar jalan-jalan.

Belumlah mereka lancar mengendarai motor (teteg bahasa jawane), ditambah tidak pakai helm kadang juga berboncengan bertiga. Jangankan peraturan lalu lintas mereka paham, safety riding untuk diri sendiri saja mereka nggak ngerti. Bahwa naik motor itu sebaiknya pakai helm, pakai jaket, dan punya SIM dan STNK. Aturan berkendarapun mereka juga tidak paham, bahwa kalau mau belok  kejalan besar itu seharusnya tengok kanan kiri dulu, kalau mau belok lampu rating dipastkan sesuai dan berapa batas minimal dan maksimal saat berkendara dijalan raya. Terkadang saya suka miris sendiri jika dekat - dekat para pengendara motor ABG ini, kita sudah berhati-hati tapi mereka seenaknya sendiri dijalan.

Lima atau sepuluh tahun kedepan jalanan kita akan disisi oleh para pengendara ABG ini, yang telah terbiasa mengendarai motor dengan "cara" mereka, mungkinkah jalanan Indonesia yang ramah  untuk berkendara akan terwujud?
Saya kok pesimis, jika saat ini kita semua tidak segera bertindak mendidik para pengendara ABG ini.

Saya yakin, ini bukan hanya keprihatinan saya seorang, setiap orang juga pasti merasakannya. Polisi saya yakin juga telah melakukan usaha, dengan razia yang semakin sering. Sekolah juga saya yakin telah melakukan sesuatu, dengan tidak menyediakan parkir motor. Tapi sayangnya tidak didukung oleh "tetangga sekolah" karena akhirnya merekalah yang beramai-ramai membuat usaha parkiran.

Orangtua ? Saya yakin banyak juga yang tidak mengijinkan anak-anaknya bawa motor, tapi masih banyak juga yang mengijinkan.
Macam-macam alasan mereka, dari yang sekolahnya jauh nggak ada yang ngantar, kasihan anaknya gak bawa motor sendiri padahal temen-temennya bawa motor semua.  Beberapa alasan yang menurut saya tidak mendasar sama sekali. Kalau sekolahnya jauh ya cari saja yang dekat yang bisa dijangkau dengan jalan kaki atau naik sepeda ontel. Iya, tapi sekolahnya kurang bagus, yang kualitasnya bagus agak jauhan. Ya sudah diantar saja  atau naik transportasi umum semisal angkot, gojek atau ojek konvensional. Alasan yang sebenarnya masih bisa dicarikan solusi yang lebih tepat.

Sungguh, ini semua butuh solusi bersama, jika kita ingin negara kita menjadi lebih baik 5, 10, 15 tahun yang akan datang. Pemerintah mencoba memperbaiki insfratruktur, seluruh jalanan dibangun halus mulus tanpa hambatan. Tapi ini justru menjadi bumerang untuk anak-anak kita, karena mereka semakin seenaknya sendiri berkendara. Budaya berkendara yang ugal-ugalan tidak akan serta merta membaik, jika tidak sedari kecil diberikan pendidikan etika berkendara yang benar. Bukan hanya teorinya tapi juga prakteknya. Butuh peran kita semua.

Peran yang pertama dan utama adalah orangtua. Budaya berkendara dibentuk dari keluarga. Orangtua adalah inspirasi bagi anak-anak tak terkecuali bab berkendara.  Safety riding harus sudah diajarkan dan dicontohkan sejak dini. Bahwa naik motor itu mau tidak mau harus pakai helm dan pakai jaket.

Untuk hal seperti ini harus sangat disiplin. Kalau mau naik motor ya harus mau pakai helm dan jaket. Dimulai dengan memberi contoh dari orangtua. Lalu mulai diterapkan pada anak-anak saat hendak naik motor bersama. Sesekali sulung kami protes, "Ma, aku kan sudah pakai jilbab, nggak usah pakai helm ya!". Pakai helm memang berat dikepala, saya pun tidak menyukainya, namun ini adalah resiko naik motor, bentuk tanggungjawab pada diri sendiri.

Kebiasaan-kebiasaan kecil seperti ini akan terbawa sampai dewasa. "Trisno jalaran soko kulino" berlaku disini. Karena sudah terbiasa pakai helm dan jaket maka akan ada yang aneh jika naik motor gak pakai keduanya.

Kebisaan yang sangat sederhana sebenarnya, tapi sayangnya banyak orangtua yang belum bisa menerapkan pada anaknya. Nggak tega sama anak yang nangis karena anak tidak mau pakai helm. Nggak teganya berlanjut sampai anak menjelang besar. Saat anak merengek meminta diajari naik sepeda motor sama sperti teman-temannya, saat anak minta dibelikan motor sama seperti teman-temannya, saat anak minta naik motor sendiri saja sama seperti temen-temannya.

Aturan yang ketat juga harus diberlakukan bahwa anak-anak hanya boleh mengendarai motor setelah mereka punya SIM. Untuk zaman now ini memang tidak keren, sudah telat 17 tahun kok baru bisa naik motor. Lebih baik terlambat daripada tidak selamat. SIM bukan hanya selembar kartu yang berisi keterangan bahwa kita sudah diizinkan naik motor. Namun SIM juga menjadi penanda bahwa si pengendara motor sudah cukup umur, cukup dewasa dan matang secara emosi saat mengendari motor. Karena hal inilah yang paling utama dibutuhkan selain ketrampilan mengendarai kendaraan bermotor.

Mata rantai ini harus diputus, jika kita ingin generasi dan bangsa kita menjadi lebih baik. Memulai dari diri sendiri, berlanjut pada keluarga, lalu pada lingkungan terdekat. Jika semua orang melakukan ini maka perubahan besar akan terjadi. Yukk mari...mulai dari yang kecil, dari diri kita sendiri dan mulai dari sekarang...
Kudus, 09 Desember 2017

#odopfor99days94
#funparenting


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginan vs Kebutuhan

Sudahkah Memeluk Anak Hari Ini?

Belajar Berhitung 1 -5