"Self Healing" untuk Hidup yang Lebih Bermanfaat


Ada sejumput rasa sedih dan kecewa ketika tulisan yang ku update hanya mendapat sedikit like dan komentar. Apalagi jika tulisan temanku di like dan di komentari oleh teman2 kami sementara punyaku tidak.

Ho..ho..ho...ada apa denganku?
Rasanya aku masih ingin menunjukkan eksistensiku sebagai penggiat PAUD pada teman2 ku dulu dengan berbagi pengalaman dan tips tentang anak agar keberadaanku tetap diakui dan "dilihat" oleh teman-temanku yang dulu.

Ternyata luka "kehilangan" itu belum sembuh. Rasa ingin dihargai, dibutuhkan, dimanfaatkan masih cukup kuat ada dalam diriku. Dan itu yang membuatku sering kecewa dan sedih ketika harapan dihargai dan diperhatikan itu tak lagi kudapatkan.

Rasanya cukup menyakitkan menghadapi kenyataaan bahwa sekarang aku tidak cukup berharga dihadapan teman2 ku dulu. Aku yang dulu sempat menjadi "someone" sekarang tidak lagi menjadi apapun. Ya  Allah perasaan sombong apa ini. Ampuni hamba Ya Allah...

Tidak...tidak...sebetulnya ini adalah perasan ditinggalkan dan tidak dianggap lagi. Inner child ku sebagai seorang anak kecil yang ingin menjadi pusat perhatian muncul. Gadis kecil yang ingin selalu diperhatikan dan ingin dihargai. Tidak apa-apa gadis kecil, sangat wajar jika kau ingin diperhatikan dan ingin dihargai, carilah perhatian yang positif dan bermanfaat untuk orang lain. Buatlah karya, tapi bukan agar kau disanjung tapi agar kau tetap bahagia karena telah berdaya guna.

Dan sebenarnya semua itu hanya perasan ku saja. Kalaupun benar perasaan itu, sebenarnya juga tidak apa2 kan, sangat wajar karena aku bukan lagi bagian dari mereka.

Sekarang saatnya memulai hidup baru. Aku punya suami yang super baik, perhatian dan sangat menyayangiku. Dua bocah kecil yang menyayangiku tanpa syarat, menyenangkan hatiku, membuatku bersemangat belajar lagi...lagi...dan lagi...., membuatku semakin mengenal diriku. Serta sahabat-sahabat baru yang penuh inspiratif.

Lalu apa lagi yang aku risaukan?
It's ok punya perasaan semacam ini, yang terpenting aku segera menyadarinya, menerimanya dan mengatasinya. Merubah negative feeling menjadi positive feeling.

Perasaan sedih dan kecewa adalah pembelajaran bahwa aku tidak boleh melakukan hal yang sama pada orang lain. Selain itu, juga menjadi pelecut untukku segera bangkit dan bersemangat. Biarlah sekarang aku tak lagi dianggap dan dihiraukan oleh teman2 ku yang dulu.

Saat ini yang terpenting aku harus tetap bahagia, berkarya dan bermanfaat dengan orang- orang baru yang berada disekelilingku. Mengabaikan hal-hal yang nggak penting dan fokus pada hal-hal yang membuatku menjadi seseorang yang lebih baik.

Kembali menekuni passionku, menggiatkan dunia pendidikan anak dan menulis.

Aku ingin melanjutkan kembali mimpiku memiliki sekolah anak-anak dan orangtua, tempat dimana anak-anak bisa bergembira dan orangtua bisa belajar bersama.

Mempraktekkan dan mendayagunakan ilmu yang pernah kuperoleh semasa kuliah dan bekerja di PAUD.

Membersamai anak-anakku, amanah terbesarku dengan mendidik dan mengasuh mereka dengan ilmu dan kasih sayang.

Melakukan sebuah kebajikan yang diridhoi Allah dan bermanfaat untuk sesama bukan karena aku ingin dianggap masih eksis (Ya Allah jauhkanlah perasaan itu).

Menekuni passion baruku yaitu menulis. Menetapkan tujuanku menulis, bukan untuk show up agar tetap dianggap eksis, tapi menulis membuatku lega, katarsis emosi karena setiap kali menulis ada perasaan lega yang aku rasakan.

Menulis juga cukup efektif untuk menasehati diriku sendiri. Dengan menuliskan pengalaman emosionalku saat bersama anak-anak aku belajar mengenal diriku kembali.

Dengan menulis praktek parenting yang telah kulakukan, aku belajar kembali, mengevaluasi apa yang masih harus kuperbaiki.

Manfaat menulis sangat banyak untukku. Menulis membuatkan senang dan bahagia. Jadi aku akan tetap menulis, direspon baik atau tidak oleh orang lain aku tak perduli, selama aku menulis yang baik, yang bermanfaat untuk diriku dan semoga juga bisa bermanfaat untuk orang lain.


"Orang menulis itu punya tujuan. Tanyakan pada diri sendiri apa tujuan ketika menulis.  Tujuannya karena honor, berarti setelah dapat honor dia puas.                                          Tujuannya biar terkenal, setelah terkenal dia akan puas dan berhenti menulis.               Tujuannya punya buku, setelah punya buku satu, dia nggak akan nulis lagi."(Dwi Suwiknyo, Ubah Lelah jadi Lillah)


Dan yang paling penting dari kesemua itu adalah menjalankan peranku sebagai hamba Allah, melakukan yang terbaik hanya untukNya. AAMIIN
Kudus, 04 Oktober 2017

#SelfHealing
#ILoveMe
#ODOPfor99Days59

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginan vs Kebutuhan

Sudahkah Memeluk Anak Hari Ini?

Belajar Berhitung 1 -5