Aliran rasa komunikasi produktif

Komunikasi produktif atau saya lebih mengenalnya sebagai komunikasi efektif sesungguhnya bukan hal baru buat saya. Dulu...saat masih bekerja menjadi guru PAUD, materi ini sering saya terima dan praktekkan bersama dengan teman2.

 Namun, bukan berarti setelah menikah dan dikaruniai anak komunikasi produktif lantas menjadi mudah saya praktekkan. Kenyataannya, berbicara dengan nada suara tinggi, berbicara dengan kata2 negatif masih sering saya lakukan.

Menerima kembali materi komunikasi produktif di kelas bunda sayang, seolah menjadi angin segar untuk saya berubah menjadi lebih baik sebagai individu, istri dan ibu. Kalau hanya membaca materi, meskipun sudah saya baca berulang2, saya yakin akan menguap begitu saja. Yang paling menyenangkan dan mencerahkan adalah membuat narasi dari praktek komunikasi produktif yang sudah dilakukan. Nah...disinilah tantangannya, setiap hari saya harus memperhatikan dengan jeli komunikasi yang saya lakukan, sudah sesuai atau belum dengan kaidah komunikasi produktif. Masih sering gagal ? Iya, pastinya, tapi saya terus berlatih. Sampai pada akhirnya saya menemukan kunci yang pas untuk saya memulai komunikasi produktif. Kunci itu adalah "bersikap tenang".

Selama ini, saya orang yang sangat reaktif dengan kejadian apapun itu. Respon yang terlalu cepat, membuat saya jarang bisa mengontrol emosi dan kata2 yang keluar dari mulut. Pada akhirnya, teori2 tentang komunikasi produktif hanya diingat setelah kejadian berlangsung, menambah penyesalan semakin menjadi-jadi. Setelah menemukan kunci yang pas untuk saya, berhari2 saya berlatih untuk bersikap tenang. Diam sejenak dan beristiqfar sebelum memutuskan reaksi terhadap suatu kejadian. Dan Alhamdulillah, ternyata itu cukup manjur untuk saya. Sedikit demi sedikit saya mulai bisa mempraktekkan kaidah komunikasi produktif baik pada suami dan anak.

Sebagai bentuk evaluasi, saya share materi komprod dengan suami, saya bacakan materinya, saya juga meminta beliau membaca narasi yang saya kirimkan setiap hari. Setelah selesai saya juga menanyakan kepada suami bagaimana perubahan komunikasi saya? Ada atau tidak? Suami menjawab "mending" (lumayan), he..he... Kalau boleh saya artikan ya masih banyak yang harus saya pelajari dan praktekkan.

Bagaimanapun, saya masih berproses berkomunikasi produktif. Tantangan 10 hari ini sangat...sangat membantu saya belajar berkomunikasi produktif setiap hari. Dan sampai saat ini saya ketagihan untuk meneruskan tantangan tersebut sekaligus menuliskan narasinya. Karena dengan menulis, lebih mudah untuk saya mengingat dan mengevaluasi komunikasi produktif saya.  Terimakasih Bu Septi. Terimakasih mba fasilitator, mbak Anna dan mbak Diah. Terimakasih teman2 seperjuangan. Bravo iip
Kudus, 17 Februari 2017

#komunikasi produktif
#bundasayangiip

Komentar

  1. terima kasihku juga mba nurul, terus ikat praktek dengan tulisan ya..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginan vs Kebutuhan

Sudahkah Memeluk Anak Hari Ini?

Belajar Berhitung 1 -5