Perintah vs pilihan

Raisa sudah memiliki kemauannya sendiri. Mau mandi, mau pakai baju, mau makan, mau main apa semua dia tentukan sendiri.
Mau mandi misalnya, harus ditawarkan lebih dahulu, "mau mandi sekarang atau nanti ca?". Selesai mandi " bajunya mau diambilkan mama atau ambil sendiri" "dibantu mama atau pakai sendiri"'. Saat makan "mau makan sendiri atau disuapin mama". Saat main"mau main apa hari ini?"

Memberi pilihan untuk setiap kegiatan yang dilakukannya, pasti juga memberi konsekuensi, baik untuk Raisa maupun untuk saya.

Saat dia memilih mandinya nanti saja misalnya (agak siang dikit), mandinya ya pakai air dingin, kalau masih pagi ya dengan air hangat. Dia sudah paham dengan ini, "pakai air dingin ya mama, karena mandinya gak sama2 adik ya ma"' .

Saat dia memilih baju sendiri misalnya, konsekuensinya lebih banyak ke saya, karena harus siap2 dengan baju atasan dan bawahan yang tidak matching ( gak apalah sekarang kan trend baju yang nabrak2, he..he...). Meskipun saya bukan orang yang terlalu perhatian dengan penampilan, tapi melihat anak tampil cantik dan rapi kan juga senang (ha...ha...). Untuk meminimalisirnya saya pisahkan baju buat dirumah, baju buat pergi2, dan baju tidur. Selanjutnya saya biarkan dia memilih sendiri baju yang mau dia pakai.

Saat makan juga konsekuensinya lebih banyak buat saya. Dengan membiarkannya makan sendiri, artinya harus siap2 bersih2 ekstra, harus siap menunggu agak lama sampai dia selesai makan, harus siap dengan cucian baju yang bertambah banyak.

Saat bermain saya biarkan dia memilih mau main apa, itu artinya saya harus sigap menyiapkan perlengkapam mainnya jika alat dan bahannya belum ada. Saya berikan pilihan lain jika betul2 tidak memungkinkan main hari ini.

 Memberikan "pilihan" dan bukan "perintah" pada anak memang memberikan konsekuensi yang tidak selalu menyenangkan untuk saya. Namun, diatas itu semua, keriwehan dan kerempongannya terbayar lunas dengan kemampuan anak memikirkan pilihannya sekaligus belajar bertanggungjawab dengan konsekuensinya. Ini akan melatihnya berpikir sebelum bertindak.

Menggunakan "kalimat pilihan" dan "bukan kalimat perintah" menjadikan kegiatan parenting saya menjadi lebih menyenangkan. Mengurangi debat2 kusir yang berkepanjangan dengan anak dan menurunkan tensi emosi karena tidak harus teriak2 saat berbicara.
Kudus, 6 Februari 2017

#day9
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginan vs Kebutuhan

Sudahkah Memeluk Anak Hari Ini?

Belajar Berhitung 1 -5