Keep calm

Pertengkaran2 kecil sering terjadi antara suamiku dan aku. Kebanyakan sih karena salahku yang sering terlanjur emosi (marah). Sumbu marahku sangat pendek, mudah sekali tersulut. Allah Maha Baik memberiku suami yang sangat...sangat sabar. Saat aku mulai marah, beliau hanya diam saja, menunggu emosiku mereda.

Seperti pagi ini, selepas sholat shubuh adalah waktu "me time" ku, biasa aku gunakan untuk stalking sosmed atau menulis. Saking asyiknya,  aku lupa bahwa sudah saatnya membuat kopi untuk suami. Sampai terdengar suara kompor dinyalakan. Perasaanku campur aduk, antara merasa bersalah dan merasa terganggu karena keasyikanku menulis harus terhenti. "Ayah lagi apa?" "Gak papa" jawab suamiku. Nadanya sih sebenarnya biasa saja, tapi karena pikiranku sudah negatif, aku merasa dia marah. Aku mencoba menenangkan diriku sambil melanjutkan aktivitas pagiku. Suasana masih terasa dingin antara kami, dan itu adalah suasana yang paling aku benci.

Akhirnya aku sampaikan, "ayah marah ya, aku telat buatin kopinya?" "Enggak", "kok cemberut gitu?" "Nggak ada apa2 ya" jawab suamiku dengan nada suara tinggi. Aku coba tenangkan diri, mencoba mengingat kaidah komunikasi produktif, tunggu waktu yang tepat untuk bicara.

Setelah agak lama, dan aku sudah mulai tenang, suami juga mulai tenang. Dengan intonasi suara rendah,"ayah marah sama aku?" " nggak" "kok tadi cemberut kenapa" " lagi ada trouble ma komputer kerjaan" (saat pagi adalah waktu suami untuk memantau kerjaannya lewat komputer) "oo", jawabku tersipu malu.

Hikmahnya : harus tetap berpikir positif apapun kondisinya, berpikir positif menghasilkan perasaan positif yang melahirkan perilaku positif. Keep calm and choose the right time...
Kudus, 2 februari 2017

#day8
#tantangan10hari
#komunikasi produktif
#kuliahbunsayiip

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginan vs Kebutuhan

Sudahkah Memeluk Anak Hari Ini?

Belajar Berhitung 1 -5