Fitrah Seksualitas: Makna dan Tantangannya

Review klp 6

Fitrah seksualitas adalah tentang bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bersikap sesuai fitrahnya sebagai laki-laki sejati atau perempuan sejati. Jadi, fitrah seksualitas ini berbeda dengan pendidikan seks. Pendidikan fitrah seksualitas dimulai sejak bayi lahir. Dan kunci dalam menumbuhkan fitrah seksualitas adalah kehadiran dan kedekatan orang tua dengan anaknya dari lahir sampai masa aqilbaligh paripurna.

Menurut riset anak-anak yang tercerabut dari orang tuanya sejak dini baik karena perang, bencana alam, perceraian, long distance mariage berkepanjangan, dll akan banyak mengalami gangguan kejiwaan, mulai dari perasaan terasing, perasaan kehilangan kelekatan, sampai depresi. Kelak dewasa mengalami masalah sosial dan seksualitas seperti homoseksual, membenci perempuan, curiga pada hubungan, dsb. Ketika menjadi suami menjadi kasar, susah memahami perasaan istrinya, atau "ketergantung" dengam istri, tidak memiliki visi misi, dll. Ketika menjadi istri susah mengelola keluarga, kurang menghormati suami, dll.

Oleh karena itu, diperlukan kehadiran dan kedekatan orang tua pada tiap tahapan anak

Usia 0-2tahun anak didekatkan dengan ibunya karna dalam masa ini ada proses menyusui. Saat ini banyak ibu yang seakan kesulitan memenuhi ASI untuk anaknya dengan berbagai alasan. Namun, saat ini juga tersedia banyak bantuan yang bisa diperoleh dan beragam usaha yang bisa dilakukan supaya anaknya mendapatkan haknya berupa ASI sampai 2th. Dan yang penting, ASI bukan hanya untuk memenuhi rasa haus dan lapar bayi saja, tetapi selama proses menyusui ibu dapat mendidik anaknya, dan ini efektif karna anak sedang dalam kenyamannya. Dan karna itulah saat menyusui anaknya, ibu tidak sebaiknya tidak nyambi dengan pekerjaan lain.

Usia 3-6tahun anak didekatkan dengan ayah dan ibunya karna pada tahap ini harus ada keseimbangan emosional dan rasional, terlebih harus sudah tahu identitas seksual dirinya sendiri sejak 3 tahun. Pada tahap ini, anak akan mengamati cara berpakaian orang tuanya, cara berpikir orang tuanya, cara bicara orang tuanya, dan cara bertindak orang tuanya. Dan dari situlah, ia akan menentukan dirinya sebagai lelaki atau perempuan secara jelas.

Usia 7-10 tahun anak laki-laki di dekatkan dengan ayahnya, anak perempuan didekatkan oleh ibunya. Pada masa ini, penting untuk membangun kelakilakian pada jiwa anak laki-laki, dan keibuan pada jiwa anak perempuan. Ayah harus menjadi ayah hebat yang akan dikenang anak laki-laki sepanjang hayatnya sebagai pemimpin yang bijaksana, tanggung jawab, berkomunikasi dengan baik. Ibu harus menjadi ibu yang hebat yang akan dikenang anak perempuannya sepanjang hayat sebagai ibu yang hangat, penuh cinta, mampu mengelola rumah tangga yang baik.

 Pada tahap ini, anak sudah mulai mengalami masa pubertas, jadi ayah harus mampu menjelaskan apa itu mimpi basah, apa itu sperma, apa konsekuensi kalau ada sperma, dll; ibu harus mampu menjelaskan apa itu menstruasi, apa yang akan dialami anak saat menstruasi, dan konsekuensi karna sudah menstruasi; termasuk harus bisa menjelaskan mandi wajib dan kewajibannya sholat.

Usia selanjutnya anak didekatnya dengan lintas gender, anak laki-laki didekatkan dengan ibunya, dan anak perempuan didekatkan dengan ayahnya. Karna pada masa ini sudah akan muncul masa kedewasaan yang dalam arti mulai ada ketertarikan dengan lawan jenis. Dengan lintas gender maka akan timbul empati atas peran yang berbeda dengan dirinya. Pada tahap ini saat yang tepat untuk membangun laki-laki sejati atau perempuan sejati dalam diri anak.

Namun, saat ini setiap keluarga menghadapi banyak sekali tantangan yang menyebabkan tidak terpenuhinya peran ayah atau ibu atau bahkan keduanya untuk anak-anaknya. Padahal hal tersebut akan berakibay fatal pada perkembangan diri anak khususnya terkait fitrah seksualitasnya. Solusinya:

1. Jika orang tua sibuk bekerja dan anak harus disekolahkan maka pilih sekolah dengan visi-misi yang sejalan dengan visi-misi orang tua. Selain itu, pilih sekolah dengan rasio guru laki-laki dan perempuan yang seimbang terutama saat usia dini. Dengan adanya guru laki-laki dan perempuan yang bergantian mengajar maka anak akan seimbang perkembangan emosional dan rasionalnya.

2. Jika orang tua harus single fighter karna perceraian atau meninggal. Untuk yang mengalami perceraian maka orang tua tidak boleh mengambil hak anaknya untuk tetap bertemu dengan orang tuanya. Orang tua berusaha tetap kompak di depan anaknya. Seperti keluarga Dedy Corbusier misalnya. Untuk pasangannya yang meninggal, ustad Harry pernah berpesan untuk segera mencari pasangan penggantinya. Peran ayah atau ibu tidak bisa digantikan oleh peran nenek atau kakek meskipun berjenis kelamin sama. Ayah adalah ayah bagi sang anak.

3. Jika orang tua harus menjalani long distance relationship maka orang tua perlu merenungkan kembali akan dibawa kemana pendidikan fitrah seksualitas anak-anaknya. Bagaimanapun anak harus tetap memperoleh haknya untuk mendapatkan kehadiran dan kedekatan dari kedua orang tuanya. Bu Elly Risman pernah mengatakan tidak ada quality time tanpa quantity time. Jadi, orang tua memang perlu memberikan waktu khusus untuk bertemu, bercengkrama, berpelukan, dll pada anaknya. Banyak riset menunjukkan banyak sekali manfaat dari pelukan dan skin to skin antara orang tua dengan anak.

4. Jika anak harus didampingi oleh orang lain, baik itu baby sitter, asisten rumah tangga, kakek nenek, atau yang lain maka perlu adanya kesamaan visi-misi antara orang tua dengan pengasuh atau setidaknya tidak berbeda secara signifikan. Orang tua harus intens memantau perkembangan anaknya dengan cara menjalin komunikasi yang baik dengan pengasuh.

5. Mendampingi anak di era digital maka orang tua pun harus banyak belajar tentang hal update yang terjadi saat ini. Membekali anak dengan gagdet pun harus disertai dengan tanggung jawab akan batasan waktu dan konten. Orang tua tidak boleh memberikan gagdget sebagai pengganti kehadiran dan cintanya pada anak-anak.

#Day6
#Level11
#FitrahSeksualitas
#LearningbyTeaching
#BundaSayangSesi11

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Keinginan vs Kebutuhan

Sudahkah Memeluk Anak Hari Ini?

Belajar Berhitung 1 -5